Sabtu 21 Oct 2023 10:00 WIB

OKI Serukan Gencatan Senjata Segera di Gaza

OKI juga menyerukan penyelidikan internasional yang independen.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
logo-OKI
logo-OKI

REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA -- Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyerukan gencatan senjata segera dilakukan di Gaza, Jumat (20/10/2023). Wilayah ini mengalami guncangan akibat serangan balasan besar-besaran Israel, terhadap operasi Hamas pada 7 Oktober.

Pernyataan tersebut muncul setelah pertemuan Kelompok Duta Besar OKI dengan ketua hak asasi manusia PBB Volker Turk. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas situasi yang memburuk di Palestina, khususnya di Gaza.

Baca Juga

Koordinator Kelompok Duta Besar Khalil Hashmi dan Duta Besar Ibrahim Khraishi dari Palestina, bersama dengan utusan lainnya, mengutuk pelanggaran hak asasi manusia yang mencolok dan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang dilakukan Israel.

"Kami menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata segera, menghentikan pemindahan paksa penduduk dari Gaza Utara, serta menyediakan akses yang mendesak dan tanpa hambatan terhadap pasokan kemanusiaan," ujar mereka dikutip di Anadolu Agency, Sabtu (21/10/2023).

Kelompok ini juga menyerukan penyelidikan internasional yang independen, terhadap serangan minggu ini terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza utara dan menyediakan akses ke Komisi Penyelidikan PBB. Aksi tersebut diketahui menewaskan ratusan orang, termasuk anak-anak, serta melukai banyak warga lainnya.

Menyambut pernyataan Turki, kelompok ini lantas menekankan perlunya menggandakan advokasi publik. Tujuannya untuk segera mengakhiri permusuhan dan pelanggaran hak asasi manusia yang parah terhadap pendudukan Palestina, sekaligus menekankan pentingnya tindakan pencegahan.

Sementara itu, dalam kesempatan itu  Turk menegaskan kembali perlunya penghormatan penuh terhadap hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional.

Setidaknya 471 orang dilaporkan meninggal dunia dan 342 lainnya terluka dalam serangan udara Israel terhadap fasilitas medis tersebut, menurut pejabat kesehatan di Gaza. Namun, Israel membantah bertanggung jawab atas dampak tersebut.

Konflik mematikan yang berlangsung di Gaza dimulai pada 7 Oktober, ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa. Ini merupakan serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut dan udara.

Hamas mengatakan serangan itu merupakan aksi pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Diketahui beberapa waktu terakhir kekerasan pemukim terhadap warga Palestina juga mengalami peningkatan.

Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza, bersamaan dengan meningkatkan penggerebekan dan penangkapan di Tepi Barat yang diduduki.

Selain meluncurkan kampanye pengeboman besar-besaran menjelang invasi darat, Israel juga memerintahkan "pengepungan penuh" di Gaza. Hal ini menyebabkan pasokan listrik terputus karena air, makanan, bahan bakar dan pasokan medis habis.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement