REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan perubahan iklim yang memicu kenaikan karbon hingga suhu air laut menjadi salah satu faktor terbesar yang menyebabkan tumbuhan punah. Periset Ekofisiologi Tumbuhan BRIN Mutiara Pitaloka mengatakan tumbuhan adalah makhluk tidak bisa bergerak sehingga mereka harus dipaksa beradaptasi dengan kondisi apapun.
"Berangkat dari hal itu BRIN melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan tumbuhan dan stres yang ada di lingkungan," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Sabtu (21/10/2023).
Stres yang dirasakan oleh tumbuhan dipicu oleh berbagai perubahan mulai dari intensitas cahaya, angin, suhu, cahaya, air, kekeringan, dan nutrisi tanah. Pihaknya tidak bisa bertanya langsung kepada tumbuhan terkait berbagai perubahan tersebut.
Oleh karena itu, pengamatan secara menyeluruh terhadap kondisi tumbuhan dilakukan oleh periset BRIN. "Pengamatan tersebut bisa dilakukan dari beberapa pendekatan, seperti fisiologi, transkripsional, dan morfologi tumbuhan. Tujuan akhir penelitian itu adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tumbuhan supaya menjadi lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem tersebut," katanya.
Pihaknya fokus melakukan riset untuk memperbaiki kemampuan tumbuhan beradaptasi dengan kondisi stres kekeringan melalui perbaikan efisiensi penggunaan air.
Riset itu melakukan pendekatan dari stomata yang menjadi pintu bagi keluar masuk udara dan juga salah satu faktor penting bagi proses fotosintesis.
Karbon dioksida dan air masuk melalui stomata kemudian diproses dengan bantuan cahaya dan nanti bisa mengeluarkan oksigen dan memproduksi gula disebarkan ke tumbuhan. Stomata adalah faktor paling krusial bagi proses fotosintesis tumbuhan.
"Kami mengamati bagaimana stomata itu berperan penting untuk memperbaiki kemampuan tumbuhan dalam mempertahankan status airnya," kata Mutiara.