REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kenaikan harga besar di pasaran sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir, termasuk di Kota Yogyakarta. Meski begitu, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyebut bahwa ketersediaan beras masih mencukupi.
Bahkan, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta, Sukidi menegaskan, ketersediaan beras dipastikan aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat hingga akhir tahun ini. "Jadi cadangan beras sampai akhir tahun itu masih aman dan cukup," kata Sukidi belum lama ini.
Sukidi menyebut hingga Oktober 2023 ini, masih ada 68,05 ton stok beras yang belum dikeluarkan. Untuk itu, ia menekankan bahwa stok beras di Kota Yogyakarta aman untuk menghadapi libur Natal dan Tahun Baru 2024.
Sukidi menuturkan, Kota Yogyakarta juga bekerja sama dengan daerah-daerah penyangga untuk memenuhi kebutuhan komoditas beras. Seperti Klaten, Delanggu, Purworejo, hingga Sragen.
“Jadi kita bekerja sama dengan daerah-daerah penyangga itu dan bagian dari ketahanan pangan yang merupakan rantai terpanjang, kemudian untuk menjaga distribusi, sehingga keterjangkauan masyarakat terhadap pangan ini nanti juga dapat terjaga cukup,” ungkap Sukidi.
Sementara itu, Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta mencatat bahwa harga beras premium saat ini sudah mencapai Rp 14 ribu. Namun, jika beredar beras premium dengan harga Rp 16 ribu, masih bisa ditoleransi.
"Kemudian, harga beras paling murah itu sudah mencapai Rp 10.800, sehingga harga Rp 12 ribu masih bisa diterima," kata Kepala Disdag Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani.
Ambar menyebut, jika terjadi fluktuasi harga beras di akhir tahun, pihaknya sudah melakukan penganggaran di APBD kurang lebih Rp 100 juta. Nantinya, dana ini akan digunakan untuk intervensi di November dan Desember 2023.
“Dari September itu kami sudah distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 40 ton, kemudian Oktober ini. Terakhir di Beringharjo 10 ton, dan harapan kami memang ini bisa menstabilkan harga,” kata Ambar.
Lebih lanjut, dikatakan Ambar untuk menjaga stabilitas harga beras, juga akan dilakukan operasi pasar yang menyasar di wilayah. Menurutnya, cara ini akan meminimalisasi tengkulak atau pedagang membeli beras untuk dijual kembali, dan menyasar masyarakat langsung.
“Sasaran kami bukan juga pedagang tapi nanti akan lebih kepada masyarakat langsung. Dengan mengadakan operasi pasar di wilayah atau di kemantren, bisa langsung dimanfaatkan oleh konsumen, rumah tangga dan warung-warung kecil ataupun angkringan,” jelasnya.
Dengan operasi pasar di wilayah di akhir tahun, kata Ambar, juga dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain beras, komoditas telur dan cabai juga mengalami kenaikan harga.
Meski begitu, pihaknya terus mendorong distributor yang telah bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta untuk terus memberikan pasokan yang cukup. “Kalau telur nanti kami juga akan melakukan intervensi bersamaan dengan operasi pasar di wilayah atau kemantren. Kami bekerja sama dengan distributor yang biasa bermitra dengan kami, sehingga saya kira masih bisa diatasi," kata Ambar.
"Untuk cabai kami agak kesulitan untuk melakukan operasi pasar, tetapi tentunya kami akan terus mendorong distributor untuk ketersediaan di pasar-pasar, dan bekerja sama dengan daerah-daerah penghasil, seperti Bantul,” ungkap Ambar.