Ahad 22 Oct 2023 16:39 WIB

Israel Tolak Tawaran Hamas Bebaskan Dua Sandera, akan Dijadikan Tumbal?

Pemerintah Israel tidak serius tentang pembebasan para tawanan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Hamas menawarkan untuk membebaskan dua warga Israel yang ditangkap
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Hamas menawarkan untuk membebaskan dua warga Israel yang ditangkap

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --  Hamas menawarkan untuk membebaskan dua warga Israel yang ditangkap dalam serangan mengejutkan pada 7 Oktober 2023. Namun Pemerintah Israel menolak pembebasan sandera tersebut.

Israel menggambarkan tawaran pembebasan sandera oleh Hamas sebagai propaganda yang menyesatkan. Juru bicara sayap bersenjata Hamas Brigade al-Qassam, Abu Obeida mengatakan, mediator Qatar menerima pemberitahuan tentang niat kelompok tersebut untuk membebaskan warga Israel pada Jumat (20/10/2023), atau di hari yang sama ketika mereka membebaskan warga Amerika, Judith Tai Ranaan dan putrinya Natalie.

Baca Juga

“Kami memberi tahu saudara-saudara kami di Qatar kemarin malam bahwa kami akan melepaskan Nourit Yitshaq dan Yokhefed Lifshitz karena alasan kemanusiaan dan tanpa mengharapkan imbalan apa pun.  Namun, pemerintah pendudukan Israel menolak menerimanya,” kata Obeida melalui Telegram pada Sabtu (21/10/2023), dilansir Aljazirah.

Hamas menangkap sekitar 210 orang dalam Operasi Badai Al-Aqsa di Israel selatan pada 7 Oktober, dan mereka ditahan di lokasi yang tidak diketahui di Gaza. Obeida mengatakan, Hamas masih siap membebaskan kedua orang tersebut pada Ahad (22/10/2023) menggunakan prosedur yang sama seperti yang dilakukan dalam pembebasan warga Amerika.

Dalam pernyataan singkatnya, kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, tawaran pembebasan sandera oleh Hamas adalah propaganda belaka. “Kami tidak akan merujuk pada propaganda palsu Hamas.  Kami akan terus bertindak dengan segala cara untuk mengembalikan semua orang yang diculik dan hilang ke rumah," ujar pernyataan kantor kepresidenan Israel.

Juru bicara Hamas, Khaled al-Qaddoumi mengatakan, Pemerintah Israel tidak serius tentang pembebasan para tawanan. “Kami telah menawarkan untuk menyerahkan para tawanan yang berada dalam kondisi kemanusiaan yang parah, semata-mata karena alasan kemanusiaan.  Kami ingin menyerahkan mereka kepada keluarga mereka tetapi pemerintah tidak serius.  Sayangnya, pemerintah Israel menolak menerima mereka," ujar al-Qaddomi.

Al-Qaddoumi mengatakan, Israel tidak memberikan alasan menolak tawaran tersebut. Sandera yang ditahan oleh Hamas termasuk perempuan, anak-anak, orang tua, orang-orang dari negara lain dan tentara Israel.

Seorang analis politik, penulis dan jurnalis Israel, Akiva Eldar mengatakan, jika Hamas ingin membebaskan sandera, mereka dapat menyerahkannya kepada kelompok kemanusiaan seperti Komite Palang Merah Internasional, atau membiarkan mereka menyeberang ke Mesir.

“Jika itu bukan bagian dari quid pro quo atau apa pun yang Israel harus berikan sebagai imbalan, maka itu sangat sederhana, sama seperti mereka mengizinkan dua warga negara Amerika melintasi perbatasan dengan bantuan Palang Merah,” kata Eldar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan, pembebasan sandera Amerika pada Jumat terjadi setelah berhari-hari menjalin komunikasi terus menerus dengan semua pihak. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari mengatakan kepada surat kabar Jerman, Welt am Sonntag bahwa Qatar berharap semua tawanan akan segera dibebaskan.

“Saya tidak bisa menjanjikan hal ini akan terjadi hari ini, besok, atau lusa.  Namun kami mengambil jalan yang akan segera mengarah pada pembebasan para sandera, terutama warga sipil. Kami saat ini sedang mengerjakan perjanjian yang menyatakan bahwa semua sandera sipil akan dibebaskan pada tahap awal," kata al-Ansari.

Serangan multi-cabang Hamas terhadap Israel, yang dijuluki Operasi Badai Al-Aqsa, menewaskan lebih dari 1.400 orang Israel dan melukai sekitar 3.500 lainnya pada 7 Oktober 2023. Israel menanggapinya dengan serangan udara secara intensif ke Gaza. Serangan udara Israel meratakan bangunan di lingkungan yang  padat penduduk. Israel juga menerapkan blokade total terhadap wilayah tersebut, mulai dari memutus pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan. Hampir 4.400 orang di Gaza gugur dan 13.500 lainnya luka-luka dalam serangan intensif Israel selama dua pekan. Israel bertekad melakukan serangan darat untuk menghancurkan Gaza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement