Ahad 22 Oct 2023 17:39 WIB

PM Australia Kunjungi Cina Tunjukkan Hubungan Membaik

Australia dan Cina berupaya menstabilkan hubungan kedua negara.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pada Ahad (22/10/2023), akan melakukan perjalanan ke Cina mulai 4 hingga 7 November.
Foto: Republika/Intan Pratiwi
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pada Ahad (22/10/2023), akan melakukan perjalanan ke Cina mulai 4 hingga 7 November.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pada Ahad (22/10/2023), akan melakukan perjalanan ke Cina mulai 4 hingga 7 November. Dia akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang dalam upaya menstabilkan hubungan kedua negara.

“Penting bagi kami untuk menstabilkan hubungan kami dengan Cina,” kata Albanese.

Baca Juga

Dalam kunjungan ke Cina itu, para pemimpin akan membahas kerja sama di berbagai bidang seperti hubungan ekonomi, perubahan iklim, dan hubungan antarmasyarakat kedua negara. “Saya berharap dapat terlibat lebih jauh dengan Presiden Xi dan Perdana Menteri Li demi kepentingan nasional Australia,” kata Albanese.

Pengumuman perjalanan ke Beijing dan Shanghai ini merupakan kunjungan pertama pemimpin Australia ke Cina sejak 2016. Agenda ini muncul setelah adanya terobosan dalam menyelesaikan perselisihan dengan Cina mengenai tarif anggur yang telah memukul industri anggur pada Sabtu (21/10/2023).

“Kami telah sepakat mengenai masalah anggur agar ada peninjauan terhadap posisi Cina terhadap tarif anggur yang akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan,” kata Albanese kepada wartawan.

Albanese mengatakan, Australia mencapai kesepakatan dengan Cina untuk bergerak maju dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai anggur. Kesuksesan ini  berpotensi membuka jalan bagi dimulainya kembali impor senilai 800 juta dolar AS setahun sebelum bea masuk diberlakukan pada 2021.

“Kami akan menangguhkan tindakan kami di hadapan WTO, tetapi kami sangat yakin bahwa hal ini akan menghasilkan sekali lagi anggur Australia, sebuah produk hebat, dapat dikirim ke Cina tanpa tarif," ujar perdana menteri itu.

Kementerian Perdagangan Cina mengatakan pada Ahad, bahwa kedua belah pihak telah mencapai konsensus untuk menyelesaikan perselisihan mengenai anggur di Organisasi Perdagangan Dunia serta perselisihan mengenai bea masuk Australia terhadap menara angin Cina. Kesepakatan ini memperbaiki hubungan dengan Cina yang telah memburuk selama beberapa tahun karena perselisihan mengenai perusahaan telekomunikasi Huawei, spionase, dan Covid-19, telah menjadi prioritas utama bagi Albanese sejak menjabat pada 2022.

“Cina dan Australia adalah mitra dagang yang penting satu sama lain, dan kami bersedia bekerja sama dengan pihak Australia untuk terus bertemu satu sama lain melalui dialog dan konsultasi,” kata Kementerian Perdagangan Cina dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Perdagangan Cina menyatakan, kedua negara mengadakan konsultasi persahabatan mengenai perselisihan WTO yang menjadi perhatian bersama mengenai berbagai hal. Canberra dan Beijing bersedia untuk bersama-sama mendorong perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral yang stabil dan sehat.

Pengumuman tersebut adalah yang terbaru dalam pencairan diplomatik yang telah menyebabkan Cina mencabut pembatasan impor batu bara, kayu, dan jelai Australia. Tindakan ini setelah Canberra menyerukan penyelidikan mengenai asal usul Covid-19.

Bea masuk hingga 218 persen untuk sebagian besar minuman anggur Australia diberlakukan pada Maret 2021. Tindakan ini menyebabkan runtuhnya perdagangan di pasar ekspor paling berharga bagi para pembuat anggur di negara tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement