REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR – Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP Kagama), AAGN Ari Dwipayana, mendorong Pengurus Daerah (Pengda) Kagama Provinsi Sulawesi Selatan untuk berperan aktif dalam kemajuan daerah dengan mengembangkan program-program unggulan yang membumi dan bermanfaat nyata bagi masyarakat. Ari juga meminta agar Pengda Kagama Sulawesi Selatan memberikan perhatian khusus pada Kagama muda untuk terlibat dalam kegiatan Kagama, yang dianggap sebagai langkah penting dalam proses kaderisasi dan regenerasi.
Ari Dwipayana menyampaikan pesan tersebut dalam upacara pelantikan Pengurus Daerah Kagama Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2022-2027 di Kota Makassar. Dalam kesempatan tersebut, Ari yang juga menjabat sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden, menekankan tiga prinsip utama yang menjadi spirit penting Kagama.
Pertama, Ari menyoroti kolaborasi sebagai prinsip dasar Kagama. Ia menegaskan bahwa kolaborasi sejati tidak hanya terjadi di antara anggota Kagama, tetapi juga dengan semua elemen di luar Kagama. Kagama, menurut Ari, adalah sebuah keluarga yang mengutamakan semangat gotong royong dan persaudaraan. Ia menyatakan bahwa persaudaraan dan semangat sebagai keluarga menjadi kunci untuk membangun kolaborasi yang efektif.
"Kagama adalah keluarga, dan dalam keluarga terpancar semangat gotong royong dan persaudaraan. Nilai persaudaraan dan semangat sebagai keluarga menjadi spirit untuk membangun kolaborasi. Sebab tidak mungkin kita bisa berkolaborasi kalau kita tidak guyub, tidak rukun, tidak melakukan konsolidasi satu sama lain,” kata Ari seperti dinukil dari Kantor Berita Antara, Ahad (22/10/2023).
Kedua, menurut Ari, selain kolaborasi, adalah memperkuat kontribusi. Ia memberi ilustrasi Kagama sebagai pohon yang setelah tumbuh tinggi, berdaun, berbunga, dan berbuah lebat, harus mampu berkontribusi bagi sekitarnya. Ia menekankan bahwa Kagama harus mampu memberikan kontribusi baik untuk almamater maupun untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
“Kagama Sulawesi Selatan harus punya program unggulan yang mendorong keterlibatan semua anggota Kagama untuk berkontribusi nyata dalam menyelesaikan persoalan-persoalan lokal seperti persoalan inflasi, stunting, persoalan air, isu lingkungan termasuk persoalan sampah” kata Ari.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menekankan agar Kagama Sulsel memberikan perhatian pada Kagama muda untuk terlibat dalam kegiatan Kagama. Ia menganggap bahwa semakin banyak anak muda yang terlibat, maka Kagama tidak akan kekurangan kader. Kagama harus mampu melakukan kaderasisasi dan regenerasi, sambil pada saat yang sama menggunakan Kagama sebagai "kendaraan" untuk memberikan kontribusi nyata pada masyarakat.
Terakhir adalah connectivity/konektivitas atau berjejaring. Menurut Ari, berjejaring dalam era digital dan global ini sangat penting. Sebab Kagama tidak bisa melakukan semua hal secara sendiri. Ia mendorong Pengda Sulsel untuk memanfaatkan teman-teman Kagama di tingkat nasional, dan juga bekerja sama dengan alumni perguruan tinggi lain di Sulawesi Selatan untuk memperkuat program-program yang dijalankan. Ia berharap agar program-program yang dijalankan dapat berkontribusi signifikan dalam memecahkan berbagai persoalan masyarakat.
“Kita harus banyak berkontribusi, namun pada saat bersamaan kita harus membangun sinergi dengan berbagai pihak, ke atas, ke samping, dan ke bawah. Sinergi ke atas, Pengda Sulsel bisa “memanfaatkan” teman-teman kagama di tingkat nasional yang jumlah amat banyak untuk mendukung program Kagama Sulawesi Selatan,” kata Ari.
Sinergi secara horisontal, kata Ari, dilakukan dengan melakukan penguatan masyarakat bekerja sama dengan alumni UNHAS dan alumni perguruan tinggi lain yang ada di Sulawesi Selatan. Kemudian sinergi ke bawah dilakukan dengan memperbanyak kegiatan-kegiatan nyata yang berdampak pada masyarakat.
“Saya gembira melihat teman teman Kagama di berbagai tempat membuat program-program nyata. Waktu pandemi kita punya program canthelan yang amat bermanfaat bagi masyarakat. Kemudian ada juga program desa inklusif,” kata Ari.
“Saya harap di Sulawesi Selatan ini kita tidak usah membuat program yang mengawang-awang tinggi tapi harus betul-betul turun ke bawah, membumi, menyentuh persoalan-persoalan nyata yang dihadapi masyarakat dan itu kita gak bisa lakukan sendiri, kita perlu connectivity, berjejaring, kita perlu berkawan, dan kita perlu bersinergi,” kata dia.