REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pecahan peluru dari tank Israel menghantam perbatasan Mesir, dan melukai sedikitnya tujuh orang termasuk beberapa penjaga perbatasan Mesir. Insiden itu terjadi pada Ahad (22/10/2023) malam, dan militer Israel mengonfirmasi bahwa serangan tersebut secara tidak sengaja mengenai posisi Mesir di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza.
“Insiden ini sedang diselidiki dan rinciannya sedang ditinjau. IDF (Pasukan Pertahanan Israel) menyatakan kesedihan atas insiden tersebut,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, dilaporkan Aljazirah.
Seorang juru bicara militer Mesir membenarkan insiden tersebut. Orang-orang yang terluka dibawa ke rumah sakit. Para saksi melaporkan mendengar ledakan yang diikuti oleh suara ambulans yang dikerahkan dari wilayah Mesir.
Analis politik senior Aljazirah di London, Marwan Bishara mengatakan, insiden tersebut dapat semakin memperumit hubungan Israel dengan Mesir. “Hal ini dapat menimbulkan peringatan lebih lanjut dari Mesir kepada Israel bahwa mereka perlu mengendurkan pemboman yang tidak pandang bulu dan mengerikan di Gaza yang sudah tidak terkendali lagi,” kata Bishara.
Bishara menambahkan, ada kemarahan publik dan kelompok terhadap pemboman Israel di Gaza. Namun Mesir “diborgol” oleh Israel dalam mengoordinasikan bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan Tel Aviv.
Menurut media Mesir, para saksi mengatakan serangan Israel tidak akan mengganggu aliran bantuan ke Gaza. Ledakan yang tidak disengaja ini terjadi hanya beberapa jam setelah konvoi truk bantuan gelombang kedua memasuki perbatasan Rafah di sisi Mesir menuju Gaza.
Konvoi gelombang pertama yang terdiri dari 20 truk telah memasuki wilayah Gaza pada Sabtu (21/10/2023). Namun para pejabat bantuan memperingatkan bahwa persediaan makanan, air dan bahan bakar masih menipis. Para pejabat PBB mengatakan setidaknya 100 truk setiap hari dibutuhkan di Gaza untuk merespons krisis ini.