REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sebuah perbuatan yang ditakutkan Nabi Muhammad SAW menjangkiti umatnya, yaitu adalah riya. Perbuatan riya dianggap sebagai dosa besar dalam Islam karena ia merusak niat dan ketulusan dalam beribadah.
Dalam buku Cinta Kekuasaan dan Riya terbitan Marja karya Imam Al-Ghazali dijelaskanRasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya yang terbesar di antara hal-hal yang paling aku takutkan pada umatku adalah riya (memamerkan kesalehan) dan nafsu yang tersembunyi. Nafsu yang tersembunyi lebih tersembunyi daripada pergerakan semut hitam di atas batu besar pada malam yang gelap gulita.”
Oleh karena itu, orang berilmu yang berpengalaman pun seringkali masih tidak terhindar dari tipu dayanya. Orang-orang shaleh dan alim pun diuji dengan riya karena mereka ingin mendapatkan penghormatan dan penghargaan dari manusia karena kesalehan dan kealimannya. Mereka mengharapkan pujian dan penghormatan dalam setiap pertemuan.
Karena riya adalah penyakit tersembunyi yang amat sangat rahasia dan menjadi pintu masuk bagi setan, maka riya sangat perlu dan penting kita ketahui.
Secara sederhana, riya adalah sikap yang mengacu pada tindakan beribadah atau amal baik yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan pujian, pengakuan, atau perhatian manusia, bukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Penting untuk memahami bahwa dalam Islam, niat yang tulus adalah hal yang sangat penting dalam setiap amal ibadah. Niat seharusnya murni dan hanya ditujukan kepada Allah.
Riya adalah kebalikan dari niat tulus, karena melibatkan unsur-unsur seperti kesombongan, pencarian pujian, atau upaya untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain dalam ibadah. Nabi Muhammad SAW mengingatkan umatnya untuk menjaga niat dan menjalani ibadah dengan ketulusan.
Oleh karena itu, riya dianggap sebagai hal yang sangat serius dalam Islam. Umat Islam diajarkan untuk selalu memeriksa niat mereka dalam setiap tindakan ibadah untuk memastikan bahwa itu benar-benar dilakukan hanya karena Allah.