REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap pagi sampai siang, iring-iringan truk terbuka bermaceterkena macet. Truk ukuran sedang itu membawa beban berat berisi puluhan galon air minum dalam kemasan (AMDK) plastik keras polikarbonat. Kerasnya paparan sinar matahari telah membuat bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon terlepas, atau luruh dan mengontaminasi air minum.
Dalam sebuah kesempatan saat diwawancarai di sebuah program TV swasta belum lama ini, Mochamad Chalid, pakar polimer sekaligus Ketua Center for Sustainability and Waste Management-Universitas Indonesia (CSWM UI), mengatakan, paparan suhu matahari pada saat proses distribusi kemasan galon isi ulang jelas berpotensi memicu migrasi BPA ke dalam air minum di dalamnya.
"Peluruhan BPA sangat tergantung pada suhu, dan berapa lama galon kemasan air minum isi ulang itu disimpan atau digunakan, yang bisa berdampak terjadinya migrasi BPA ke dalam produk air minum dalam kemasan," kata Chalid dalam siaran pers di Jakarta, Senin (23/10/2023).
Bukan hanya itu. Peluruhan bahan kimia BPA ke air minum dalam galon tidak hanya bisa terjadi karena paparan sinar matahari saat distribusi, tapi juga karena faktor lain. Misalnya, saat pencucian galon polikarbonat yang tidak tepat. "Faktor lain adalah potensi keasaman (Ph), karena galon isi ulang itu dicuci dengan deterjen, maka dapat meningkatkan keasaman pada air dalam kemasan," ujar Chalid.
Panas matahari memang bukan satu-satunya pemicu peluruhan BPA. Goncangan keras yang dialami oleh galon air selama perjalanan truk-truk pengangkutnya juga dapat menyebabkan senyawa berbahaya ini terlepas. Seperti diulas oleh Chalid, proses pencucian yang tidak benar juga dapat memperburuk situasi.
Banyak dari pengguna mencuci galon polikarbonat ini menggunakan sikat kasar dan air panas, dengan harapan membersihkan galon secara sempurna. Namun, ironisnya, proses tersebut justru mempercepat peluruhan BPA.
Air panas, bersama dengan gesekan dari sikat, dapat merusak lapisan polikarbonat dan memungkinkan BPA untuk terlepas lebih mudah. Masyarakat yang selama puluhan tahun tak sadar akan ancaman ini tak pelak menjadi korban.
Mereka mempercayai air minum dalam kemasan polikarbonat sebagai sumber air yang aman, tanpa menyadari risiko potensi minuman mereka terpapar senyawa kimia BPA.