REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia terus memperkuat hubungan bilateral dengan Iran. Hubungan kedua negara ini semakin membaik setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Teheran baru-baru ini.
“Dalam suasana saling percaya, aspek terkini dari agenda bilateral dibahas secara substantif dengan penekanan pada pembangunan lebih lanjut keseluruhan kompleks kemitraan multifaset Rusia-Iran,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan di aplikasi pesan Telegram, Selasa (24/10/2023).
Lavrov berkunjung ke Teheran tidak lama setelah kunjungan ke Cina dan Korea Utara. Menurut Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, kunjungan rekannya itu ke Iran untuk membahas proyek energi dan logistik.
Seperti yang biasa terjadi di Rusia, hanya sedikit rincian perundingan tersebut yang diungkapkan. Namun kunjungan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Lavrov juga berpartisipasi dalam perundingan regional yang diselenggarakan oleh Iran. Perundingan itu bertujuan untuk membawa perdamaian ke wilayah Kaukasus Selatan setelah pasukan Azerbaijan bulan lalu merebut kembali wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri dan memaksa ribuan etnis Armenia mengungsi.
Sejak melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, Rusia berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara yang secara tradisional dianggap tidak berpihak pada Barat.
Ukraina telah mendesak Iran untuk berhenti memasok drone mematikan ke Rusia. Menurut Kiev pengiriman itu berperan besar dalam serangan Moskow terhadap kota-kota dan infrastrukturnya.
Iran awalnya membantah memasok drone kamikaze Shahed ke Rusia tetapi kemudian mengatakan pihaknya telah menyediakan sejumlah kecil sebelum negara itu melancarkan perang.
AS pun khawatir dengan hubungan kedua negara itu yang semakin erat. Washington melihat kemitraan pertahanan yang berkembang antara Teheran dan Moskow yang menimbulkan risiko tidak hanya bagi Kiev tetapi juga bagi negara-negara tetangga Teheran.