Selasa 24 Oct 2023 13:05 WIB

Krisis Migrasi Picu Gelombang Sayap Kanan di Jerman

Bagi AfD, suaka dan imigrasi adalah isu terbesar yang membawa kemenangan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Para delegasi memberikan suara dalam kongres Partai Alternative for Germany (AfD)
Foto: Sydney Morning Herald
Para delegasi memberikan suara dalam kongres Partai Alternative for Germany (AfD)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kedatangan migran yang hampir tak terkendali membawa isu migrasi kembali ke dalam agenda politik Jerman dengan kekuatan penuh. Kondisi semakin tegang dengan meningkatnya tuntutan pemerintah kota dalam hal akomodasi, integrasi, dan pendidikan. 

Dari Januari hingga Agustus 2023, lebih dari 200 ribu orang mengajukan permohonan suaka ke Jerman. Menurut data resmi, sebagian besar dari mereka berasal dari Suriah dan Afghanistan.

Baca Juga

Laporan tersebut menunjukkan lonjakan sebesar 77 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ditambah lagi lebih dari sejuta pengungsi Ukraina telah tiba di Jerman sejak dimulainya perang pada akhir Februari tahun lalu. 

“Pemerintah federal Jerman tampaknya merasa semakin tertekan, baik secara domestik maupun internasional, untuk mengembangkan kebijakan yang lebih ketat sehubungan dengan masuknya pengungsi ke Eropa,” ujar profesor sejarah migrasi di University of Osnabrueck Jochen Oltmer dikutip Anadolu Agency.

“Dalam hal kebijakan dalam negeri, perdebatan, yang juga dilatarbelakangi oleh gagasan mengenai krisis ekonomi di Jerman, kini hampir secara eksklusif terfokus pada topik beban masyarakat yang disebabkan oleh para pencari suaka. Hak-hak pengungsi semakin tidak berperan di sini," katanya.

Padahal dari sudut pandang banyak ahli, pasar tenaga kerja Jerman bisa mendapatkan keuntungan dari pendatang baru. Hanya saja pembahasannya tidak hanya mengenai seberapa besar toleransi migrasi yang dapat diterima suatu negara, tetapi juga jenis imigrasi apa yang diinginkan.

Pekerja terampil asing sangat dibutuhkan, hanya saja menarik mereka tidaklah mudah. Sebaliknya, menerima pengungsi akibat perang merupakan kewajiban internasional Jerman sebagai negara penandatangan Konvensi Pengungsi Jenewa.

Mengingat menurunnya angka kelahiran, Jerman sangat membutuhkan lebih banyak imigrasi pekerja terampil. Menurut angka resmi, 400 ribu orang harus memasuki pasar tenaga kerja setiap tahunnya agar tetap stabil.

Namun, pada 2021 hanya terdapat 40 ribu orang, bahkan dengan tingkat imigrasi yang tinggi, jumlah pekerja terampil di Jerman diperkirakan akan menyusut sebanyak 4,4 juta orang pada 2020 hingga 2040. Dengan tingkat imigrasi yang rendah, jumlah pekerja terampil akan berkurang 6,3 juta pada 2040.

Sumber daya yang ditawarkan pencari suaka sebagai pekerja terampil juga masih kurang dimanfaatkan. Sektor-sektor yang sangat kekurangan pekerja terampil dan pekerja telah menuntut imigrasi yang lebih banyak dan lebih mudah dari luar negeri selama bertahun-tahun.

Terkait pencari suaka, mereka jauh lebih pendiam, meski banyak ahli melihat potensi besar. “Kita tidak boleh mencampuradukkan imigrasi pekerja dan pekerja terampil dengan migrasi tidak teratur,” kata ketua Konfederasi Asosiasi Pengusaha Jerman Rainer Dulger kepada German Press Agency.

“Jika menyangkut migrasi tidak teratur, masyarakat dan kita juga para pemberi kerja mengharapkan adanya tindakan tegas di tingkat nasional dan Eropa," katanya.

AfD manfaatkan isu imigrasi untuk menang.... 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement