REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menilai kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi enam persen tidak berdampak terhadap kondisi perbankan di Tanah Air. Hal ini mengingat indikasi kenaikan suku bunga ke level tinggi sudah dirasakan oleh negara lain akibat gejolak ekonomi global.
Direktur Utama Bank Negara Indonesia Royke Tumilaar mengatakan selama ini Bank Indonesia menahan suku bunga acuannya pada level 5,75 persen.
“Suku bunga tinggi saya rasa bukan suatu yang masalah banyak sektor karena antisipasi sudah dimulai dan perbankan tidak semena-mena juga akan menaikkan suku bunga tertentu, karena melihat kondisi nasabah,” ujarnya saat acara BNI Investor Daily Summit 2023, Selasa (24/10/2023).
Menurutnya saat ini perseroan tidak membatasi sektor yang menjadi fokus penyaluran kredit. Bahkan, menurut Royke seluruh sektor memiliki kontribusi masing-masing yang cukup signifikan.
“Saya selalu bilang semua sektor itu bagus tidak ada sektor yang jelek jadi konstruksi, property, garmen, tekstil itu semua bagus yang maslah kan orang yang kadang-kadang menyalahgunakan dana kredit,” ucapnya.
Royke menyebut saat ini sektor hilirasi pertambangan dan pertanian serta kesehatan mulai menjadi tren di tengah masyarakat. Bahkan, dikatakannya sektor-sektor bisnis tidak ada permasalahan di Tanah Air
“Semua sektor bagus tinggal bagaimana kita memilih customer yang baik. BNI lebih berfokus pada risiko kredit setiap nasabah,” ucapnya.