REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menegaskan kekuasaan merupakan langkah Allah SWT, bukan langkah manusia. Menurutnya, Allah memberikan kekuasaan kepada orang yang dikehendakinya.
"Soal kekuasaan itu langkah Tuhan, langkah Allah, Allah Raja dari Segala Raja itu memberikan kekuasaan yang dikehendaki oleh Allah dan mengambil kekuasaan dari orang yang dikehendaki oleh Allah. Jadi, soal kekuasaan adalah soal rabaniyah langkah-langkah Tuhan, bukan kita," ujar Kiai Ma'ruf di Pondok Pesantren Syaichona Cholil, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (24/10/2023).
Kiai Ma'ruf menyatakan demikian dalam kaitan agar santri meluruskan niat untuk langkah perbaikan. Menurutnya, kekuasaan jangan jadi tujuan utama para santri melainkan buah amal yang diberikan Allah SWT di dunia atau tsamrah ajilan.
"Kalau ada orang mendapatkan kekuasaan, ulama misalnya itu bukan tujuannya, tsamrah ajilan buah yang dikasih di awal, sebab yang tujuan awalnya adalah ajaran ajilan yaitu pahala, yang di akhirat," ujarnya.
"Jadi, niat santri itu tidak boleh bergeser, dari nawaitu-nya tetap nawaitu-nya perbaikan bukan kekuasaan," kata Kiai Ma'ruf menambahkan.
Kiai Ma'ruf pun mencontohkan prinsip ini yang diikuti oleh sahabat Nabi, Umar Bin Khattab saat menaklukan Damaskus pada masa lalu. Saat itu, Sayidina Umar menganggap kekuasaan yang diperoleh umat Islam itu karena kemuliaan ajaran Islam.
"Kalau kita mencari kemuliaan tidak seperti yang Allah berikan tidak akan mendapat seperti yang Allah beri kemuliaan," ujarnya.