REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus remaja menyakiti diri sendiri belakangan marak terjadi. Menurut psikiater yang berspesialisasi dalam psikosomatik, kecemasan, dan kasus depresi di RS EMC Alam Sutera, dr Andri, ada alasan di balik meningkatnya kasus perilaku self-harm
Dosen Psikiatri FKIK UKRIDA itu menjelaskan bahwa perilaku self-harm dominan terjadi pada anak-anak remaja dan dewasa muda saat ini.
“Kalau kita berbicara tentang perilaku self-harm itu memang dominan terjadi pada anak-anak remaja dan dewasa muda saat ini disebabkan karena banyak faktor ya,” kata dr Andri kepada Republika, Selasa (24/10/2023).
Dr Andri menyebut beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa hal ini terjadi:
1. Gangguan Depresi
Salah satu faktor utama yang memicu self-harm adalah kondisi gangguan depresi. Depresi pada anak-anak muda dan remaja mungkin tidak terlihat seperti depresi pada orang dewasa. Mereka mungkin tidak menunjukkan gejala depresi klasik, seperti perasaan putus asa dan hilang harapan. Sebaliknya, depresi pada kelompok usia ini lebih sering terkait dengan impulsivitas, kemarahan, atau iritabilitas. Mereka mungkin menjadi mudah tersinggung dan marah.
2. Mood yang kacau
Fenomena yang disebut sebagai kekacauan mood juga dapat menjadi faktor. Hal ini terkait dengan gangguan perkembangan kepribadian. Pada kasus-kasus ini, seseorang mungkin mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain, sulit untuk mempercayai bahwa orang lain peduli padanya, dan memiliki masalah kepercayaan.
3. Masalah kepercayaan
Adanya masalah kepercayaanmembuat seseorang mudah merasa marah dan kesal. Untuk mengatasi perasaan tidak nyaman ini, individu mungkin mencoba untuk melakukan self-harm.
4. Pengaruh Media Sosial
Dr Andri juga mencatat bahwa pengaruh media sosial dapat memainkan peran penting dalam meningkatnya perilaku self-harm. Banyak orang, termasuk warganet, sering mencontohkan perilaku ini di media sosial. Bahkan, ada beberapa orang yang membuat konten yang secara tidak langsung memberikan contoh kepada orang lain bahwa self-harm adalah cara yang efektif untuk mengatasi perasaan negatif atau tidak nyaman.
Terkait dengan peningkatan kasus self-harm, dr Andri berpendapat bahwa ini adalah kombinasi dari faktor-faktor, bersama dengan pengaruh media sosial dan perilaku mencontoh yang dapat memperburuk masalah ini.
Tindakan self-harm adalah perilaku yang berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami self-harm atau depresi, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental atau sumber daya yang kompeten secepat mungkin. Jika Anda menduga ada seseorang yang berisiko, penting untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada mereka.