REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung Y. Kim mengatakan perdagangan AS dan Indonesia meningkat hampir 50 persen. Hal ini ia sampaikan dalam pidato pembukaan pada KTT Investasi AS-Indonesia tahunan yang diselenggarakan AmCham Indonesia dan U.S. Chamber of Commerce di Jakarta.
KTT Investasi AS-Indonesia ke-11 bertemakan “Memetakan Warisan, Menavigasi Masa Depan.” Pertemuan fokus pada warisan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kebijakan ekonomi, mencatat pembelajaran dari keberhasilan dan tantangan yang dihadapi selama masa jabatannya, serta memberikan wawasan mengenai kebijakan ekonomi masa depan menjelang Pemilihan Presiden 2024.
KTT ini mendorong pembicaraan antara perusahaan-perusahaan terkemuka AS, para menteri pemerintahan saat ini, para ahli, perwakilan Pemerintah AS, dan “para pemain utama” politik tahun 2024.
"Kita telah menyaksikan peningkatan hampir 50 persen dalam perdagangan dua arah, dan Amerika Serikat menjadi investor terbesar kelima di Indonesia. Amerika Serikat kini menjadi pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia. Indikator-indikator ini menandakan kemitraan ekonomi yang semakin mendalam," kata Kim dalam pidatonya, Selasa (24/10/2023).
"Di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia telah melakukan reformasi legislatif yang penting melalui omnibuslaw UU Cipta Kerja dan omnibuslaw UU Kesehatan untuk menyederhanakan proses regulasi dan menarik investasi asing," tambahnya.
Kim menambahkan Presiden Jokowi juga berperan dalam keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah G20 tahun 2022 dan tuan rumah KTT ASEAN dan Asia Timur tahun ini. Kim mengatakan beberapa prakarsa terpenting AS-Indonesia diluncurkan dalam satu tahun terakhir.
"Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework/IPEF) dan Kemitraan Transisi Energi yang Adil ((Just Energy Transition Partnership/JETP) yang akan menjadi platform kolaborasi yang memiliki kemampuan untuk mentransformasi bidang ekonomi dan lingkungan," katanya.
Kim mengatakan IPEF merupakan kerangka kerja ekonomi regional pertama yang menangani prioritas-prioritas penting, seperti ketahanan rantai pasokan, fasilitasi perdagangan, dan transisi energi ramah lingkungan. Dengan memiliki 60 persen populasi dunia, kawasan Indo-Pasifik diproyeksikan menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan global selama 30 tahun ke depan.
"Mitra IPEF mendambakan lingkungan perdagangan dan investasi yang lebih kuat yang akan memacu pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, dan inovasi di seluruh wilayah Indo-Pasifik," katanya.
Demikian pula, kata Kim, JETP merupakan landasan lain dari upaya kolaboratif AS-Indonesia. Inisiatif penting senilai 20 miliar dolar AS ini berkomitmen untuk membantu Indonesia mencapai tujuan iklimnya yang ambisius dan melakukan transisi menuju sumber energi yang bersih dan terbarukan.
Ia mengatakan AS dan Kelompok Mitra Internasional (International Partners Group) memandang dukungan keuangannya melalui JETP sebagai uang muka transisi Indonesia, khususnya ketika Indonesia menetapkan jalurnya melalui Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif (Comprehensive Investment and Policy Plan/CIPP) untuk meningkatkan lingkungan pendukung guna menarik investasi swasta dalam skala besar untuk mendukung transisi.
"Saya bangga dapat menyaksikan pencapaian ini. Namun masih banyak potensi yang dapat diwujudkan. Kami memuji langkah Indonesia dalam melakukan reformasi peraturan yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah ini tidak hanya akan menarik keahlian dan sumber daya dari sektor swasta Amerika Serikat namun juga mendorong pertumbuhan yang transparan, bersih, dan berkelanjutan," kata Kim.
"Amerika Serikat – pemerintah, perusahaan, dan masyarakat – siap memperluas hubungan ekonomi dengan Indonesia. Kami bersyukur telah bermitra dengan Indonesia selama 75 tahun terakhir. Kami menantikan kerja sama yang berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang memaksimalkan potensi bersama dari masyarakat dan bisnis kedua negara untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar di tahun-tahun mendatang," tutupnya.