Rabu 25 Oct 2023 02:54 WIB

Sikap Tegas Umar bin Khattab Saat Putranya Mengaku Anak Kepala Negara

Umar bin Khattab sangat takut berbuat kesalahaan saat menjadi kepala negara.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.
Foto: Republika
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ashim bin Umar bin Khattab seorang ahli fiqih, periwayat hadits, serta tabi'in dari Madinah. Ashim bin Umar adalah putra Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu yang menjabat sebagai khalifah kedua yang memiliki gelar Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang beriman.

Sebagaimana diketahui, Umar bin Khattab sangat takut berbuat kesalahaan saat menjadi pemimpin atau khalifah yang mengurus rakyat banyak. Umar bin Khattab sangat takut Allah SWT murka terhadapnya jika berbuat salah dalam memimpin rakyat.

Baca Juga

Karena itu, seringkali Umar bin Khattab mendahulukan kepentingan rakyatnya ketimbang kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Sikap ini yang membuat Umar bin Khattab dan keluarganya jauh dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang dilarang agama Islam.

Dalam buku 150 Kisah Umar bin Khattab yang ditulis Ahmad Abdul Al Al-Thahthawi yang disunting, diterjemahkan dan diterbitkan kembali PT Mizan Pustaka, 2016. Dikisahkan ketegasan Umar bin Khattab saat salah satu putranya mengaku sebagai anak seorang pemimpin atau khalifah (kepala negara).

Mu‘aiqib (seorang bendahara Umar bin Khattab) berkata, "Umar bin Khattab mendatangiku pada waktu Dzuhur dan mencari putranya yakni Ashim bin Umar."

Umar bin Khattab berkata kepada Mu‘aiqib, "Apakah kamu mengetahui apa yang dilakukannya (Ashim bin Umar)?"

Mu‘aiqib menjawab, "Sesungguhnya dia (Ashim bin Umar) pergi ke Irak dan mengaku bahwa dia adalah putra Amirul Mukminin. Lalu dia (Ashim) meminta nafkah kepada mereka, maka mereka pun memberikannya emas, perak, pedang, dan beberapa barang berharga lainnya."

Ashim bin Umar berkata, "Bukan begitu, tetapi aku mendatangi suatu kaum, lalu mereka memberikan ini semua."

Mendengar cerita itu, Umar bin Khattab berkata, "Ambillah (semua barang-barang ini), wahai Mu‘aiqib, dan simpanlah di Baitul Mal."

Untuk diketahui, secara bahasa Baitul Mal terdiri dari dua suku kata, bait yang berarti rumah dan mal yang berarti harta. Secara istilah baitul mal adalah suatu tempat untuk menyimpan harta dengan ketentuan dan tujuan tertentu.

Di zaman Khalifah Umar bin Khattab, Baitul Mal mulai dilembagakan secara formal. Baitul Mal inilah yang nantinya bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan rakyat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement