REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam agama Islam, terdapat konsep "Shiratal Mustaqim" yang digambarkan sebagai jembatan tipis yang melintasi neraka. Umat manusia akan melewatinya pada Hari Kiamat, dan seberapa cepat mereka melintasi jembatan ini bergantung pada amal baik dan keimanan mereka selama hidup.
Penyebab perbedaan dalam melewati jembatan ini adalah amalan yang telah mereka kerjakan di saat hidup di dunia. Orang-orang yang berbuat baik akan melewatinya dengan cepat, sementara orang-orang yang berdosa akan kesulitan dan bahkan jatuh ke dalam neraka.
Dalam buku Kesengsaraan Ahli Neraka karya Munasifah terbitan Mutiara Aksara dijelaskan, tiada satu pun ayat yang menerangkan tentang jembatan (shirat). Namun, Allah SWT sungguh menciptakan shirat itu tepat di atasnya neraka, dan letaknya di tengah neraka Jahanam.
Ketahuilah bahwa shirat itu licin dan dapat dengan mudah menggelincirkan, sangat lembut bentuknya seperti rambut, dan tajamnya melebihi pedang serta gelapnya melebihi kegelapan di malam hari.
Munasifah menjelaskan, jembatan shirat hanya bisa dilewati oleh hamba Allah SWT yang bertakwa. Bagi hamba Allah SWT yang banyak dosa, maka celakalah, di akan masuk ke jurang neraka.
Para hamba yang berjalan di atas shirat itu tidak sama, ada yang bagaikan kilat, bagaikan angin kencang bagaikan burung terbang, bagaikan larinya kuda pacuan, bagaikan seseorang yang berjalan cepat, bagaikan larinya bintang ternak, dan sebagaimana lari selama sehari semalam.
“Ada juga yang melewati jembatan (shirat) selama satu, dua, atau tiga tahun. Ada juga yang selama 15 ribu tahun dari tahun dunia. Bahkan ada yang melalui dengan berlutut,” tulis Munasifah.
Dalam riwayat lain dijelaskan, “Sesungguhnya manusia di saat melalui jembatan itu dikelilingi api neraka. Di bawah kaki, kepala sebelah kanan dan kiri, di muka dan belakang mereka dikelilingi dengan api yang menyala-nyala.”