Rabu 25 Oct 2023 08:55 WIB

Pembunuh Karyawati di Mal Idap Skizofrenia Paranoid, Bagaimana Gejalanya?

Delusi dan halusinasi adalah dua gejala yang dapat menyebabkan paranoia.

Penderita skizofrenia (ilustrasi). Delusi dan halusinasi adalah dua gejala yang dapat menyebabkan paranoia.
Foto: AP
Penderita skizofrenia (ilustrasi). Delusi dan halusinasi adalah dua gejala yang dapat menyebabkan paranoia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku pembunuhan berinisial AH (26) di dekat lobi Mal Central Park, Tanjung Duren, Jakarta Barat pada Selasa (26/9) lalu dinyatakan mengidap skizofrenia paranoid atau halusinasi terhadap sesuatu secara berlebihan sehingga perlu dirawat. Ia pun tidak dapat dipidana karena gangguan kejiwaan tersebut.

Apa itu skizofrenia paranoid dan bagaimana gejalanya?

Baca Juga

Istilah “skizofrenia paranoid” adalah nama lama untuk subtipe skizofrenia. Para ahli tidak lagi menggunakan istilah ini. 

Sebaliknya, para ahli mengenali skizofrenia sebagai penyakit spesifik, yang merupakan bagian dari spektrum kondisi terkait yang melibatkan psikosis.

Skizofrenia paranoid dulunya merupakan subtipe dari kondisi ini karena paranoia umumnya terjadi pada skizofrenia. Paranoia adalah pola perilaku di mana seseorang merasa tidak percaya dan curiga terhadap orang lain dan bertindak sesuai dengan itu.

Delusi dan halusinasi adalah dua gejala yang dapat menyebabkan paranoia. Dilansir Cleveland Clinic, Rabu (25/10/2023), delusi adalah keyakinan salah yang terus-menerus. Seseorang yang memiliki keyakinan delusi biasanya tidak akan berubah pikiran meskipun dihadapkan pada bukti yang kuat. 

Delusi yang melibatkan paranoia sering kali bersifat "penganiayaan". Ini berarti seseorang percaya bahwa seseorang mencoba menyakitinya atau berdampak negatif pada hidupnya.

Halusinasi adalah peristiwa yang dibayangkan seseorang (biasanya dalam bentuk sesuatu yang didengar atau dilihat seseorang). Seseorang yang mengalami halusinasi biasanya tidak dapat mengatakan bahwa apa yang dialaminya tidak nyata.

Hal ini biasanya memicu delusi dengan memberikan "bukti" tambahan kepada orang tersebut untuk memastikan bahwa seseorang mencoba menyakiti atau membuat mereka kesal.

Misalnya, seseorang yang mengidap skizofrenia mungkin percaya bahwa mereka sedang dikejar oleh penegak hukum atau bahwa seseorang mencoba mengendalikannya melalui televisi atau radio. Atau, mereka mungkin mendengar suara-suara yang mengatakan hal-hal jahat tentang mereka.

Orang dengaan paranoia tidak selalu berarti seseorang mengidap skizofrenia. Ini mungkin juga merupakan tanda gangguan kepribadian paranoid.

Kondisi ini biasanya tidak melibatkan delusi atau halusinasi tetapi dapat menyebabkan perasaan curiga dan tidak percaya yang berlebihan terhadap orang lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement