REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan menumpuknya sampah plastik di lautan dan saluran air, para ilmuwan terus mencari cara untuk mengatasinya. Penelitian teranyar menunjukkan potensi baru untuk mengurai jenis plastik polietilena tereftalat (PET) dengan menggunakan enzim yang dibuat oleh mikroorganisme dari laut dalam (deep sea).
Hasil penelitian ini mengeksplorasi potensi enzim yang dapat mengurai plastik dan merupakan zat alami yang menyebabkan reaksi biologis tertentu. Enzim ini dibuat oleh mikroorganisme yang disebut archaea yang dapat mengurai jenis plastik PET termasuk yang membentuk botol plastik dan barang-barang yang biasa dibuang.
Ketua kelompok kerja Biologi Molekuler Mikroorganisme di Institute of General Microbiology, professor Ruth Schmitz-Streit, menjelaskan bahwa ada sekitar 80 enzim pengurai PET yang telah diketahui sebelumnya, dan sebagian besar adalah bakteri atau jamur. Namun, enzim baru, PET46, adalah enzim archaea pertama dan memiliki sifat yang tidak biasa seperti kemampuan untuk terus mengurai material.
Archaea adalah mikroba yang berbeda dari bakteri yang sering ditemukan di lingkungan yang ekstrem seperti laut dalam. Para ilmuwan berusaha untuk lebih memahami enzim unik ini dan potensi memanfaatkan proses biologis ini untuk mengurai sampah plastik yang mencemari lautan kita.
"Data kami berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang peran ekologis archaea laut dalam dan kemungkinan degradasi limbah PET di laut," kata Schmitz-Streit seperti dilansir Cool Down, Rabu (25/10/2023).
Berton-ton plastik telah dibuang ke lautan selama beberapa dekade, bahkan menciptakan pulau sampah terapung yang dijuluki Great Pacific Garbage Patch. Sampah plastik membunuh satwa laut, mengancam rantai makanan, dan berdampak negatif pada kesehatan manusia dan ekonomi pesisir.
Makhluk laut yang biasanya hidup di sepanjang pantai bahkan telah ikut terbawa pada plastik dan membawa mereka ke perairan yang lebih dalam, di mana populasi mereka tidak dapat bertahan hidup atau menyebarkan spesies yang berpotensi invasif ke lingkungan baru.
Penelitian baru ini merupakan bagian dari proyek PLASTISEA, yang berupaya memanfaatkan kekuatan enzim pengurai PET untuk membantu mengatasi masalah plastik. PLASTISEA berfokus pada perluasan penelitian tentang mikroorganisme untuk menciptakan inovasi bioteknologi.
Meskipun masih dalam tahap awal, penelitian ini semakin mendekati bukti akhir bagi para ilmuwan yang ingin memanfaatkan bioteknologi sebagai sumber daya yang layak untuk mengelola polusi plastik. Sementara itu, cara terbaik untuk mengendalikan sampah plastik adalah dengan menghindari barang sekali pakai jika memungkinkan dan mengadvokasi kebijakan dan pendanaan yang mendukung penelitian yang dapat membersihkan lautan dari plastik berbahaya.