Rabu 25 Oct 2023 16:33 WIB

Menlu Australia: Akses Kemanusiaan ke Jalur Gaza Masih Belum Cukup

Australia telah menyetujui 332 izin ekspor senjata ke Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza mengerikan.
Foto: AP Photo/Craig Ruttle
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza mengerikan.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza mengerikan. Dia menilai, akses bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut masih belum cukup.

“Situasi kemanusiaan di Gaza mengerikan dan penderitaan manusia meluas. Australia secara konsisten menyerukan perlindungan kehidupan warga sipil,” kata Wong dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun X resminya, Rabu (25/10/2023).

Baca Juga

Dia menambahkan, Australia secara konsisten menyerukan akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan, serta perjalanan yang aman bagi warga sipil. “Ada akses dalam beberapa hari terakhir tetapi masih belum cukup,” ucapnya.

Wong menyerukan adanya jeda kemanusiaan Jalur Gaza. Hal itu guna memungkinkan bantuan seperti makanan, obat-obatan, air, dan kebutuhan esensial lainnya dapat menjangkau warga yang sangat membutuhkan.

Meski menyampaikan pentingnya membuka akses kemanusiaan yang luas bagi warga Gaza, Wong tetap berpendapat bahwa Israel memang memiliki hak untuk membela diri. “Warga sipil Palestina yang tidak bersalah seharusnya tidak menderita akibat kekejaman yang dilakukan Hamas,” ujarnya.

Sementara itu Senator Australia dari Partai Hijau David Shoebridge mengungkapkan bahwa Australia telah menyetujui 332 izin ekspor senjata ke Israel. “Kenyataannya sama seperti ekspor ke Israel, Pemerintah Australia tidak akan memberitahu masyarakat apa sebenarnya izin tersebut dan tidak melacak apa yang dilakukan dengan senjata yang dikirim dari Australia ke negara-negara yang kita tahu sedang terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan,” kata Shoebridge lewat akun X-nya.

Dia menegaskan, Pemerintah Australia seharusnya mempromosikan perdamaian, bukan memicu perang. Sejak akhir pekan lalu, konvoi bantuan kemanusiaan yang membawa makanan, air, dan pasokan medis mulai memasuki Gaza dari pintu penyeberangan Rafah. Namun Israel belum mengizinkan penyaluran bahan bakar ke wilayah yang telah diblokade sejak 2007 tersebut.

Tak tercakupnya bahan bakar dalam konvoi bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza segera diperingatkan oleh PBB. Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric mengungkapkan, sebelum pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas pecah, jumlah truk yang mengangkut barang-barang kebutuhan masyarakat di Gaza bisa mencapai 450, bahkan lebih.

“Sekarang kita melihat 20 atau 30 truk (yang masuk ke Gaza), dan kami tidak melihat adanya bahan bakar, yang merupakan kekhawatiran besar. Kita tinggal menghitung hari, dan ketika hal itu terjadi, hal tersebut akan sangat menghancurkan, ditambah dengan situasi kemanusiaan yang sudah sangat buruk,” kata Dujarric, Senin (23/10/2023).

Kendati demikian, Dujarric menolak berkomentar saat ditanya mengapa sejauh ini PBB tidak dapat mengirimkan bahan bakar ke Jalur Gaza. "Saya tidak mau menjelaskan secara detail. Yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah kami ingin mendapatkan bahan bakar. Kami belum bisa mengatasi semua rintangan yang ada untuk mendapatkan bahan bakar itu," ucapnya. 

Jika bahan bakar tetap tak diizinkan melintas, rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza terancam tak bisa lagi beroperasi. Hal itu tentu akan berdampak pada proses penanganan dan perawatan pasien yang terluka akibat kampanye serangan udara Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Hingga berita ini ditulis, serangan Israel ke Jalur Gaza telah membunuh sedikitnya 5.791 orang. Sebanyak 2.360 di antaranya adalah anak-anak. Sementara korban luka sudah melampaui 16 ribu. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement