Rabu 25 Oct 2023 19:13 WIB

Mengapa Ada Orang Tahan Makanan Pedas dan Ada yang tidak? Ini Jawaban Dokter

Toleransi setiap orang terhadap rasa pedas berbeda-beda.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Sambal atau makanan pedas (ilustrasi). Toleransi setiap orang terhadap makanan pedas berbeda-beda.
Foto: www.freepik.com
Sambal atau makanan pedas (ilustrasi). Toleransi setiap orang terhadap makanan pedas berbeda-beda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tren nyeleneh viral di Tiktok pada bulan lalu. Tren ini melibatkan makanan keripik yang sangat pedas oleh perusahaan Paqui.

Para pelakon tren tertantang untuk memakan keripik tersebut tanpa minuman. Mereka berlomba, kira-kira siapa yang dapat bertahan lebih lama, itulah "juara"-nya. Akibat tren bernama One Chip Challenge tersebut, seorang remaja di Massachusetts dikabarkan meninggal dunia.

Baca Juga

Penyebab resmi kematiannya masih diselidiki, namun dunia maya dipenuhi pembahasan tentang bahaya dari tantangan media sosial yang populer itu. “Pedas bisa berarti banyak hal,” kata dr Lisa Ganjhu, ahli gastroenterologi di NYU Langone Health seperti dilansir Huffington Post, Rabu (25/10/2023).

Dia mengatakan, rasa pedas yang kita bicarakan secara khusus terkait dengan capsaicin, senyawa kimia yang merupakan komponen aktif cabai dan memberi rasa tersebut. Banyak hal yang terjadi secara fisiologis ketika kita mengonsumsi makanan pedas yakni berkeringat, kesemutan pada bibir dan mulut, serta sensasi terbakar di lidah.

Yang cukup menarik, reaksi-reaksi tersebut sebenarnya merupakan cara tubuh kita untuk mendinginkan diri setelah capsaicin berikatan dengan reseptor saraf di perut, mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Beberapa orang bahkan mungkin mengalami refluks setelah mengonsumsi rempah-rempah.

“Dari sudut pandang gastrointestinal, hal utama yang kami pikirkan saat membahas makanan pedas adalah refluks,” kata dr Natasha Chhabra, ahli gastroenterologi bersertifikat.

Sering kali, rekomendasi bagi seseorang yang menyadari makanan pedas menyebabkan refluks atau peningkatan asam di perutnya adalah membatasi konsumsi makanan pedas. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki tubuh yang berbeda dan mungkin mengalami berbagai reaksi terhadap makanan pedas.

Ketika ditanya mengapa rempah-rempah menyebabkan refluks, Chhabra mengatakan secara medis, belum banyak penelitian mengenai hal ini. “Mekanisme pasti mengapa makanan pedas bisa menyebabkan refluks belum diketahui secara pasti,” ujarnya. 

Ada beberapa dugaan bahwa capsaicin dapat menyebabkan tertundanya pengosongan perut Anda. Jadi, secara konseptual, jika makanan berada di dalam perut lebih lama, hal itu dapat menyebabkan refluks, tapi itu tidak terbukti dengan baik.

Mengapa ada orang yang lebih toleran terhadap makanan pedas dibandingkan orang lain? Mungkin yang lebih menarik dari apa yang terjadi setelah kita makan makanan pedas adalah kenyataan bahwa beberapa orang benar-benar menikmati panasnya, sementara yang lain memiliki toleransi yang sangat terbatas terhadapnya.

Menurut Chhabra, toleransi tersebut bergantung pada sejumlah faktor, termasuk kecenderungan genetik, pengalaman hidup, dan paparan makanan. “Tidak ada alasan pasti mengapa beberapa orang lebih sensitif dibandingkan yang lain,” katanya. 

“Misalnya, beberapa orang lebih sensitif terhadap daging merah dibandingkan yang lain, dan ini adalah konsep yang sama. Itu faktor genetik," kata dia.

Meskipun demikian, Ganjhu mengatakan paparan terus-menerus terhadap rasa tersebut berpotensi meningkatkan toleransi seseorang terhadap rempah-rempah. Hal ini juga berarti bahwa tumbuh dewasa dengan mengonsumsi makanan seperti cabai, saus Sichuan, dan masih banyak lagi mungkin berkontribusi pada tingginya toleransi beberapa orang terhadap panas.

“Profil paparan mungkin terlibat dalam percakapan,” kata Ganjhu. 

Menurutnya seseorang mungkin pernah tinggal di rumah yang makanannya lebih hambar dan orang lain makan lebih banyak makanan pedas, jadi toleransinya berkembang seiring berjalannya waktu. Kadang-kadang, ini lebih merupakan masalah budaya daripada masalah fisiologis.

Apa pun faktor yang memengaruhinya, jelas bahwa ada berbagai tingkat kepedasan yang dapat ditoleransi oleh orang-orang di seluruh dunia, sehingga menyebabkan beragam reaksi tubuh. Tapi apakah ada standar atau batasannya?

Toleransi setiap orang terhadap makanan pedas (seperti hidangan dengan paprika Sichuan ini) berbeda-beda, dan terkadang ini "lebih bersifat budaya daripada fisiologis," kata ahli gastroenterologi Lisa Ganjhu.

"Toleransi setiap orang terhadap makanan pedas (seperti hidangan dengan paprika Sichuan ini) berbeda-beda, dan terkadang ini lebih bersifat budaya daripada fisiologis," kata ahli gastroenterologi Lisa Ganjhu.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement