Rabu 25 Oct 2023 21:22 WIB

Pengamat Pangan Nilai Amran Perlu Perkuat Sinergi dan Kolaborasi

Sinergi dan kolaborasi menjadi penting di sisa setahun masa pemerintah Jokowi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Andi Amran Sulaiman saat akan dilantik menjadi Menteri Pertanian di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Andi Amran Sulaiman saat akan dilantik menjadi Menteri Pertanian di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dilantiknya Amran menjadi Menteri Pertanian kembali di sisa satu tahun pemerintahan Jokowi, mestinya menjadi jalan bagi Amran memperkuat sinergi dan kolaborasi. 

Pengamat Pertanian Khudori menilai sinergi dan kolaborasi menjadi penting di sisa setahun masa pemerintah Jokowi untuk bisa menjaga stabilitas pangan dan produksi. Langkah perbaikan ekosistem multisektor perlu dilanjutkan. 

Baca Juga

"Karena itu, di sisa waktu sampai 19 Oktober 2024, kunci yang penting untuk beliau perankan adalah bersinergi dan berkolaborasi. Untuk bisa mencapai itu koordinasi menjadi kata kunci. Apa yang dilakukan Plt Mentan, Pak Arief Prasetyo Adi, dalam beberapa hari menjawab sepatutnya diteruskan. Pak Arief mencoba membangun ekosistem yang memungkinkan pembangunan pertanian bisa diorkestrasi dengan menciptakan kolaborasi," kata Khudori, Rabu (25/10/2023).

Khudori menjelaskan target produksi 35 juta ton pada tahun 2024 harus dicapai dengan beberapa strategi yang telah ditetapkan.

Pertama, pendetailan peningakatan produktivitas dari 5,2 ton/ha jadi 5,5-5,7 ton/ha, memastikan asuransi pertanian, pendetailan pemanfaatan alsintan yang sudah ada, pendetailan 26 ribu outlet pupuk (subsidi dan komersial), memastikan eksekusi oleh daerah, reward kepada daerah (provinsi/kab/kota) yang berhasil mencapai target, penetapan penanggung jawab wilayah hingga optimalisasi peran penyuluh.

"Sebab persoalan padi perlu menjadi perhatian serius. Produksi menurun karena luas panen menurun. Di sisi lain konsumsi terus naik. Akibatnya, surplus produksi tahun juga terus menurun," kata Khudori. 

Pada 2018, surplus beras mencapai 4,37 juta ton, menurun jadi 2,38 juta ton pada 2019, turun lagi jadi 2,13 juta ton pada 2020, dan tinggal 1,3 juta ton di 2021 dan 2022. Anomali iklim/cuaca, degradasi kualitas lahan dan air serta kapasitas petani yang tua membuat kontinuitas produksi menghadapi masalah serius. 

"Di luar itu, Pak Amran sebaiknya tidak berambisi membuat terobosan2 baru yang relatif sulit dicapai. Lebih baik beliau memanfaatkan sisa waktu setahun ini untuk membangun fondasi yang baik bagi pemerintahan ke depan," kata Khudori.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement