REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Temuan maraknya pelajar di Kota Semarang yang mengalami problem kesehatan mental membuat Dinas Kesehatan(Dinkes) setempat harus melakukan penanganan terpadu.
Bersama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Diskominfo Kota Semarang sedang menyiapkan layanan kesehatan untuk para remaja usia SMP dan SMA/SMK.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengungkapkan, pengaruh penggunaan gadget di kalangan anak memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap munculnya problem kesehatan mental di kalangan anak (pelajar).
Dinas Kesehatan menyikapi hal ini dengan menggulirkan program Pelayanan dan Edukasi Kesehatan Terpadu Pelajar Kota Semarang (PETERPAN). Salah satu layanan yang diberikan adalah kesehatan mental.
“Kita sudah punya data sebaran, di mana kasus-kasus kesehatan mental seperti depresi, anxiety (kekhawatiran dan rasa takut), atau kasus kesehatan mental yang mengarah pada psikosomatis (kondisi psikis yang mempengaruhi kondisi tubuh),” ungkapnya, di Semarang, Rabu (24/10/2024).
Abdul Hakam juga menyampaikan, dari persebaran tersebut, kasus tertinggi problem kesehatan mental pada anak atau pelajar memang ditemukan di wilayah Kecamatan Mijen yang mencapai 61 kasus.
Dalam rangka melakukan skrining problem kesehatan mental ini, Dinkes juga semakin dipermudah oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan adanya panduan questionnaire (pertanyaan) untuk men-skrining sejauhmana tingkat kesehatan mental yang dialami sesuai yang dikembangkan WHO.
Misalnya beberapa pertanyaan untuk pelajar usia di bawah 18 tahun melalui Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan di atas 18 tahun menggunakan Self Repporting Questionnaire (SRQ). “Maka itu Dinkes sudah mempunyai pemetaan,” jelasnya.
Demikian halnya, lanjut Abdul Hakam, terkait dengan gejala-gejala tentang kesehatan mental ini juga sudah disosialisasikan oleh Dinkes kepada kader-kader kesehatan.
Sehingga kader-kader kesehatan juga akan mengetahui, bagaimana anak yang sudah mengalami masalah kesehatan mental dan sebagainya. “Misalnya, sesorang atau anak yang sering menyendiri dengan gadget ini cenderung untuk terbawa pada problem kesehatan mental,” ungkapnya.
Maka sosialisasi dengan bermain sangat penting diberikan pada anak-anak sekarang. Sehingga ketika di sekolah mereka bisa membaur dengan teman-temannya, pun demikian ketika di lingkungan rumah juga membaur dengan tetangganya.
“Itu merupakan hal yang paling indah untuk menurunkan angka stres sekaligus terapi bagi problem kesehatan mental pada pelajar/anak remaja,” jelas dia.
Dinkes Kota Semarang, lanjut Abdul Hakam, melalui puskesmas-puskesmas juga sudah memfasilitasi, baik melalui telemedicine atau konsultasi secara langsung, layanan kesehatan mental tersebut.
Bahkan di level kota juga dibuka Layanan SULTAN (konsultasi kesehatan mental), melalui nomor 089 5376860088. Nantinya Dinkes juga akan meminta bantuan Diskominfo agar layanan ini mudah diakses melalui 112 yang terhubung dengan PIC yang ada.
Jadi nantinya cukup hanya langsung telpon atau WA chat dan kalau dibutuhkan konsultasi langsung (tatap muka) bisa dirujuk ke Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) Pemkot Semarang.
“Tetapi secara lisan melalui telepon atau WA Chat, masih terus diupayakan agar Dinkes memberikan fasilitas kepada masyarakat, terutama untuk para remaja,” ungkap Abdul Hakam.
Sebelumnya, Dinkes mengungkap temuan sebanyak 445 kasus gangguan yang dialami pelajar/remaja di Kota Semarang. Data ini merupakan hasil pemetaan di 31 puskesmas di 19 kecamatan hingga pertengahan Oktober 2023.
Setelah Puskesmas Mijen, temuan terbanyak di Puskesmas Rowosari dan Puskesmas Srondol masing-masing 36 kasus. Berikutnya Puskesmas Padangsari 30 kasus, Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Tlogosari masing-masing 24 kasus.
Sementara jenis kesehatan mental yang ditemukan antara lain kasus campuran anxiety dan depresi sebanyak 276 kasus neurotik sebanyak 31 kasus, sematoform 65 kasus dan insomnia 116 kasus.