REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa perundingan untuk membebaskan 200 orang sandera dari penyanderaan dengan Hamas, pada serangan 7 Oktober lalu, masih terus berlanjut.
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang juga menjabat sebagai perdana menteri Qatar, menyampaikan hal tersebut dalam sebuah konferensi pers dengan mitranya dari Turki di Doha pada hari Rabu (25/10/2023).
"Mengenai perkembangan negosiasi penyanderaan, hal ini masih berlangsung," kata Sheikh Mohammed. "Jika kita membandingkan di mana kita memulai dan di mana kita berada saat ini, ada beberapa kemajuan dan beberapa terobosan dan kita masih akan tetap berharap."
Dia menambahkan, negosiasi masih berlangsung dan bisa berjalan kapan saja. "Saya pikir jika kita akan dapat bergaul dengan baik di antara kedua belah pihak, saya pikir kita akan melihat beberapa terobosan, mudah-mudahan segera," katanya.
Produsen gas yang kaya, Qatar, telah melakukan dialog terbuka dengan Israel dan Hamas, yang telah menghasilkan pembebasan empat sandera yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan, termasuk dua wanita Israel pada hari Senin.
"Jika mereka dapat bergaul dengan baik di antara kedua belah pihak, saya pikir kita akan melihat beberapa terobosan dalam waktu dekat," ujar Sheikh Mohammed, yang juga menjabat sebagai menteri luar negeri dan berbicara bersama mitranya dari Turki.
Tzahi Hanegbi, kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, men-tweet pada hari Rabu bahwa ia "senang untuk mengatakan bahwa Qatar menjadi pihak penting dan pemangku kepentingan dalam memfasilitasi solusi kemanusiaan, lobi pembebasan sandera Israel ini.
Qatar merupakan sekutu AS yang menjadi tuan rumah pangkalan militer AS yang besar, juga menjadi tuan rumah biro politik Hamas dan berfungsi sebagai kediaman utama pemimpin Hamas yang mengasingkan diri, Ismail Haniyeh, dan juga mantan pemimpinnya, Khaled Mashaal. Negara ini adalah salah satu pendukung utama Hamas, mentransfer ratusan juta dolar kepada kelompok teror tersebut setiap tahunnya.
Karena hubungan dekat mereka, monarki Teluk yang kaya ini telah bertindak sebagai saluran komunikasi dengan Hamas dan memainkan peran kunci dalam negosiasi untuk membebaskan beberapa dari setidaknya 220 sandera yang saat ini ditahan oleh para pejuang Palestina yang disasar Israel, AS dan negara Barat.