REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengaku telah mendengar adanya sejumlah anggota parlemen Uni Eropa yang mengusulkan agar Malaysia ditindak karena lantang menyuarakan dukungan pada Palestina. Namun Anwar menegaskan, hal itu tak akan menyurutkan dan menggoyahkan dukungan Negeri Jiran untuk Palestina.
“Ada anggota-anggota parlemen Eropa mengusulkan (tindakan) ini terhadap Malaysia,” ujar Anwar saat berbicara kepada awak media di Cyberjaya, Selangor, Rabu (25/10/2023) malam, dilaporkan kantor berita Bernama.
"Itu bukan masalah; jangan sampai kita tergoyahkan. Ada pekerjaan yang harus kita selesaikan. Insya Allah kami akan melanjutkan pekerjaan kami,” kata Anwar menambahkan seraya mengisyaratkan bahwa keselamatan pribadinya mungkin terancam.
Kepala Kepolisian Malaysia Razarudin Husain mengatakan, jajarannya tidak akan berkompromi terhadap keamanan Anwar. “Keamanan perdana menteri adalah prioritas utama kami,” ucapnya seraya menambahkan bahwa pengamanan terhadap Anwar akan diperketat.
Pekan lalu Anwar Ibrahim mengaku memahami terdapat banyak risiko ketika dia dan negaranya secara lantang menyuarakan dukungan untuk perjuangan Palestina. Namun Anwar memilih tak menghiraukan hal tersebut dan akan terus mengangkat penderitaan rakyat Palestina di panggung internasional.
“Ya, saya tahu ada banyak risiko (ketika menyuarakan dukungan pada Palestina). Saya tidak punya pilihan lain karena ada pembunuhan terhadap anak-anak dan perempuan,” kata Anwar, dilaporkan Malay Mail, Ahad (22/10/2023).
Dia menambahkan, Israel perlu ditekan untuk menghentikan agresinya saat ini ke Jalur Gaza. “Jika dibiarkan, dampaknya akan buruk pada keamanan regional. Kita perlu melibatkan negara-negara lain,” ucapnya.
Anwar pun sempat ditanya apakah Malaysia akan mengadukan Israel ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait tindakannya terhadap rakyat Palestina. “Kami tidak ingin sendirian. Saya yakin semua negara perlu bersatu mencari solusi bagi rakyat Palestina,” ujar Anwar merespons pertanyaan tersebut.
Sejak 7 Oktober 2023 lalu hingga saat ini, Israel membombardir Jalur Gaza dengan serangan udara. Agresi tersebut dilakukan setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi yang menyebabkan setidaknya 1.400 warga Israel tewas.
Sejauh ini, kampanye serangan udara Israel ke Gaza telah membunuh sedikitnya 6.546 warga Palestina, termasuk di dalamnya 2.704 anak-anak. Sementara korban luka sekitar 17 ribu orang.
Lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi akibat serangan Israel. Situasi kemanusiaan memburuk karena pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut masih sangat terbatas.
Israel pun belum mengizinkan bahan bakar memasuki Gaza. Rumah sakit-rumah sakit di sana terancam tak bisa lagi beroperasi jika bahan bakar tak lekas disuplai ke Gaza.