REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Serangan mengejutkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel menunjukkan bahwa Hamas telah meningkatkan dan memperkuat kemampuan teror taktis serta strategisnya secara signifikan. Terowongan Hamas memainkan peran penting dalam perkembangan strategi perang mereka.
Ahli geomorfologi dan geologi di Departemen Geografi dan Lingkungan Universitas Bar-Ilan, Profesor Joel Roskin telah mengikuti perubahan di terowongan Gaza selama bertahun-tahun. Roskin menganalisis kondisi yang memungkinkan pembentukan dan perluasan terowongan tersebut, serta mengungkapkan kondisi geologi dan keamanan terowongan tersebut.
Tiga tahun lalu, Roskin menerbitkan sebuah bab buku berdasarkan studinya “Perang Bawah Tanah di Jalur Gaza dan Kompleksitas Militer dalam Memeranginya.” Sebuah artikel tentang topik yang sama dan nama yang sama saat ini sedang dalam tahap akhir penerimaan oleh jurnal akademik Studies in Conflict and Terrorism.
Artikel tersebut ditulis berdasarkan pengalaman Roskin sebagai kepala Departemen Penelitian Medan di Komando Selatan pada tahun 2000-an dan informasi yang dipublikasikan di media. Artikel itu menjelaskan data lapangan dan kondisi geopolitik yang secara harfiah memberikan lahan subur bagi pengembangan terowongan.
Catatan mengenai operasi pembuatan terowongan sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Ukiran Asyur menunjukkan unit-unit teknik milik Sargon dari Akkad (yang memerintah antara 2.334 dan 2.279 SM) merobohkan tembok kota-kota musuh.
Pasukan Amerika menyerang posisi Alqaeda dan mengejar Osama bin Laden pada tahun 2002 menemukan kompleks terowongan besar yang menghubungkan formasi gua alami Tora Bora di Afghanistan.
Terowongan di Gaza awalnya memiliki beberapa karakteristik dasar yang sama dengan lokasi penggalian lainnya di Israel dan tempat lain di dunia, seperti gua pemakaman, tambang, dan sistem persembunyian.
“Tetapi setiap sistem terowongan berbeda dan unik terkait dengan kondisi geologi, geografis, dan geopolitik yang ada. Hal yang menarik tentang Hamas adalah tingkat pertumbuhan terowongan, tidak hanya dalam ukuran tetapi juga tujuannya, melengkapi pengembangan konsep operasional organisasi tersebut,” kata Roskin, dilaporkan The Jerusalem Post, Rabu (25/10/2023).
“Ini dimulai dengan penyelundupan barang, berkembang menjadi penyelundupan senjata, dan kemudian berkembang menjadi terowongan penyerangan," ujar Roskin menambahkan.
Roskin mengatakan, pada tahap ini, persepsi organisasi tersebut bersifat taktis. Kemudian terowongan itu digunakan untuk memfasilitasi penculikan seperti yang terjadi pada penculikan Prajurit Israel, Gilad Shalit pada 2006 dan mengubah gerakan bawah tanah menjadi terowongan penyerangan dan persembunyian.
Fase berikutnya adalah terowongan ofensif strategis yang terungkap selama Operasi Protective Edge. Dalam operasi yang digelar pada tahun 2014 ini pasukan Israel berusaha menghancurkan sistem terowongan Hamas.
Namun operasi itu gagal, dan Hamas membangun kembali jaringan terowongannya. "Terowongan baru ini sejalan dengan meningkatnya operasional Hamas, yang para pemimpinnya melihat bahwa mereka selalu berhasil, dan bahwa Pasukan Pertahanan Israel hanya mempunyai sedikit peluang untuk menembusnya," ujar Roskin.
Menurut Roskin, jaringan terowongan Hamas dibangun bertingkat dengan luas sepanjang puluhan dan mungkin beberapa ratus kilometer tersebar di bawah Jalur Gaza. Roskin mencatat, sulit untuk memetakan jaringan terowongan secara akurat dari permukaan atau dari luar angkasa, dan informasi yang sangat rahasia sangat penting untuk pemetaan 3D dan visualisasi citra.
Hingga saat ini, persepsi populer mengenai terowongan Hamas terkadang cukup sederhana. Roskin mengatakan, terowongan tersebut diperlakukan sebagai jalur bagi para pejuang, dan merupakan infrastruktur yang mengancam.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Hamas mengintegrasikan sistem bawah tanah dengan berbagai cara ke dalam sistem pertahanan ofensif, yang dibangun dengan menggabungkan metode peperangan militer dan perang gerilya.
“Konsep gerilya holistik ini mencakup terowongan logistik, strategis dan taktik serta metode pertempuran di atas tanah. Gerakan bawah tanah diintegrasikan ke dalam semua aspek pertempuran, termasuk tembakan, pemusatan pasukan secara diam-diam dan mungkin juga untuk mengangkut tahanan dan sandera serta untuk menahan mereka dalam kondisi pengobatan yang aman, Kondisi ini memang merupakan tantangan untuk serangan ofensif penuh IDF," kata Roskin.