Kamis 26 Oct 2023 15:06 WIB

Dampak Perang Israel-Palestina, Muslim di AS Juga Jadi Sasaran Serangan

Para pendukung Palestina di AS mendapatkan kekerasan dan ancaman

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Kelompok hak-hak sipil Muslim Amerika Serikat (AS) melihat peningkatan besar dalam laporan atas hinaan, bias, dan terkadang serangan fisik akibat perang Israel dan Palestina
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kelompok hak-hak sipil Muslim Amerika Serikat (AS) melihat peningkatan besar dalam laporan atas hinaan, bias, dan terkadang serangan fisik akibat perang Israel dan Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kelompok hak-hak sipil Muslim Amerika Serikat (AS) melihat peningkatan besar dalam laporan atas hinaan, bias, dan terkadang serangan fisik. Lonjakan ini tidak dipungkiri sebagai dampak pembantaian yang terjadi di Jalur Gaza yang melibatkan Israel dan Hamas sejak 7 Oktober 2023.

Center on American-Islamic Relations menyatakan peningkatan kasus yang dilaporkan banyak yang melibatkan kekerasan atau ancaman terhadap pengunjuk rasa pada demonstrasi mendukung Palestina selama dua minggu terakhir. Serangan dan pelecehan lain yang dilaporkan oleh kelompok tersebut ditujukan kepada orang Muslim secara acak di depan umum.

Baca Juga

Seorang juru bicara  Council on American-Islamic Relations mengatakan pada Rabu (25/10/2023), bahwa cabang-cabang organisasi tersebut dan kantor nasionalnya telah menerima 774 laporan mengenai tindakan-tindakan yang bias antara 7 Oktober hingga 24 Oktober. Markas besar nasional mempunyai 110 laporan langsung selama periode tersebut, dibandingkan dengan 63 selama Agustus.

“Siapa pun yang mempunyai hati nurani harus sangat prihatin dengan peningkatan keluhan yang tiba-tiba ini di tengah maraknya kefanatikan anti-Muslim dan rasisme anti-Palestina,” kata Direktur Penelitian dan Advokasi Council on American-Islamic Relations Corey Saylor dikutip dari Anadolu Agency.

Para pemimpin organisasi percaya bahwa ini adalah gelombang keluhan terbesar sejak Desember 2015. Ketika itu calon presiden Donald Trump menyatakan niatnya untuk melarang imigrasi Muslim ke AS setelah penembakan massal di San Bernadino yang menewaskan 14 orang.

Tindakan yang dilaporkan sejak 7 Oktober termasuk seorang warga Illinois yang menikam hingga meninggal seorang anak laki-laki Muslim berusia enam tahun dan melukai ibu anak tersebut. Kemudian terdapat penangkapan seorang pria Michigan setelah dia bertanya kepada orang-orang di sebuah postingan media sosial untuk bergabung dengannya dalam memburu orang-orang Palestina.

“Pejabat publik harus melakukan segala daya mereka untuk menjaga gelombang kebencian yang melanda negara ini agar tidak lepas kendali,” kata Saylor.

Saylor mencatat, kunjungan mantan Presiden George W. Bush ke masjid setelah serangan 9/11 memiliki efek menenangkan terhadap reaksi yang dirasakan komunitas Muslim. Dia meminta Presiden Joe Biden untuk mengunjungi warga AS yang kehilangan anggota keluarga di Gaza.

"Hal ini termasuk mengakhiri kekerasan yang mengerikan di luar negeri sebelum membahayakan lebih banyak orang yang tidak bersalah di sini dan di dalam negeri,” kata Saylor. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement