REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Sebagai tulang punggung pembangunan negara, pendidikan berkualitas bagi generasi muda harus menjadi perhatian penting para pemangku kepentingan. Perubahan terhadap sistem pendidikan pun dinilai merupakan kebutuhan yang mendesak.
Permasalahannya, saat ini terdapat krisis besar dalam dunia pendidikan yang belum banyak disadari. "Krisis ini disebut krisis sumber daya manusia, yaitu ketika manusia tidak pernah menemukan talenta, potensi, dan passion yang ada di dalam dirinya," ungkap pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal, saat menjadi pembicara utama pada acara 'Upgrading Kepemimpinan Pembelajaran' yang dihadiri oleh 6.500 Guru Penggerak dari seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, Ahad (20/10/2023) lalu.
Rizal dalam paparannya mengatakan bahwa solusi untuk mengatasi krisis tersebut adalah memberi kesempatan luas bagi para siswa untuk mengembangkan kodratnya. Menurut Rizal, kurikulum pendidikan dan sistem pendidikan sejatinya adalah para guru.
"Jika hadir guru yang memanusiakan manusia yang memberi kesempatan luas bagi muridnya untuk mengembangkan tiga kodrat manusia, yakni keragaman talenta, rasa ingin tahu, dan kreativitasnya, maka para siswa dan sekolah yang dianggap mati oleh masyarakat atau orang tuanya akan kembali tumbuh menjadi sekolah yang dicintai anak-anaknya," kata Rizal dalam penjelasannya yang diberi judl 'Pendidikan yang Memanusiakan Manusia'.
Ia pun menekankan pentingnya pendidikan yang berfokus pada proses belajar, dan tujuan guru adalah untuk memastikan siswanya tidak pernah berhenti untuk belajar. Ia juga memberikan pernyataan bagaimana ciri sekolah menyenangkan.
"Ketika guru dan murid punya tujuan moral dalam dirinya, maka ia akan disiplin. Maka ciri sekolah menyenangkan adalah berdisiplin tanpa harus ditakut-takuti, belajar tanpa harus dipaksa, berprestasi tanpa harus merasa tertekan," katanya dalam acara yang digagas Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) tersebut.
GSM, kata Rizal, yang dikenal dengan komunitas-komunitas guru yang aktif bergerak di berbagai daerah melalui gerakan akar rumput, telah memainkan peran sentral dalam memperkuat semangat perubahan dalam acara tersebut.
Salah satu penggiat komunitas dan leader komunitas GSM Jawa Tengah, Ali Sodikin, mengatakan bahwa sudah ada sekitar 700-an anggota baru yang sudah bergabung dari wilayah Jawa Tengah. Selain itu, terjadi pengembangan masif dari komunitas-komunitas di daerah yang sebelumnya belum tersentuh di wilayah Jawa Tengah.
"Sudah 75 persen total komunitas GSM wilayah Jateng berdiri. Ditambah dengan komunitas baru seperti di Wonosobo, Brebes, Banjarnegara, Kendal, Wonogiri, dan lain-lain. Hal ini juga jadi titik awal bergabungnya teman-teman dari daerah yang belum memiliki komunitas GSM. Jumlah yang sudah bergabung sekarang melonjak sampai 700-an orang," ucap Ali.
Menurut Ali, merupakan sebuah peluang besar untuk merawat, mendukung, dan mengembangkan ruang-ruang pada guru yang sedang tumbuh ini. "Sehingga makin banyak orang yang bisa merasakan manfaat dari Gerakan Sekolah Menyenangkan,” kata Ali.
Salah satu bentuk keseriusan dari sebagai dampak positif dari acara ini tidak hanya dirasakan oleh guru penggerak, tetapi juga pejabat-pejabat tinggi seperti Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo. “Saya suka dengan apa yang disampaikan Pak Rizal. Ada banyak rekan-rekan guru yang bersemangat untuk ikut GSM. Kami sebagai dinas siap dan akan mendorong terbentuknya GSM di Wonosobo,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo, Tono Prihatono.
Para guru di berbagai komunitas GSM Jawa Tengah juga bersemangat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di GSM seperti Ngkaji Pendidikan. Para guru berbondong-bondong mendaftar di acara tersebut yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 November 2023.
Dengan semangat positif dan komitmen untuk memajukan dunia pendidikan, GSM menciptakan komunitas keberlanjutan agar dapat menciptakan ruang inspirasi dan diskusi tentang masa depan pendidikan Indonesia. Para guru penggerak yang hadir juga dapat pulang dengan wawasan dan semangat baru untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik.
"Hal ini menjadi awal yang baik untuk melakukan kolaborasi antarpihak seperti pemerintah, guru, kepala sekolah, dan orang tua agar menciptakan pendidikan yang lebih menyenangkan, kolaboratif, dan inklusif bagi generasi mendatang," kata Rizal.