REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Pihak kepolisian tengah menyelidiki unsur pidana dalam kecelakaan jembatan kaca pecah setinggi 15 meter di Hutan Limpakuwus Banyumas. Insiden tersebut menyebabkan empat orang wisatawan asal Cilacap jatuh dan satu di antaranya meninggal dunia.
Kasat Reskrim Polresta Banyumas Kompol Agus Supriadi menjelaskan, saat ini pihaknya tengah menyelidiki 12 saksi dalam insiden tersebut, termasuk pihak pemilik wahana jembatan kaca The Geong.
"Lagi kita dalami unsur kelalaiannya. Pihak pengelola belum pernah melakukan pengujian kelayakan konstruksi jembatan," ujar Kompol Agus Supriadi kepada Republika.co.id, Kamis (26/10/2023).
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi dari pengelola wahana bahwa pengujian kelayakan kontruksi jembatan dilakukan oleh karyawan sendiri. Adapun karyawan yang menguji tidak memiliki keahlian atau bidang konstruksi, hanya berdasarkan pengalaman kerja di bidang wisata.
Wahana The Geong diketahui berbeda manajemen dengan Koperasi Balai besar pembitan ternak unggul (BBPTU) Baturraden. Dalam penyelidikan ini kepolisian mengamankan barang bukti berupa dokumen perjanjian kerja sama antara Koperasi BBPTU dengan pengelola the Geong tertanggal 15 Desember 2021, pecahan kaca, DVR-CCTV dan kerudung milik korban meninggal dunia.
Sementara, korban yang terjatuh dan mengalami patah tulang hingga saat ini masih dirawat di rumah sakit. Pihak keluarga keempat korban telah meminta proses hukum dijalankan dan pihak yang bertanggung jawab harus mendapatkan sanksi atas kelalaiannya. "(Keluarga korban) minta kasus diproses," ujar Agus.
Sebelumnya Ketua Koperasi Hutan Pinus Limpakuwus Eko Purnomo mengungkapkan bahwa sebelumnya telah banyak pengunjung yang mengeluhkan masalah terkait keamanan konstruksi jembatan.
"Di situ kami menemukan ada komen di medsos, terkait kurang safety, kontruksinya kurang (aman)," ujar Eko kepada awak media, Rabu (25/10/2023).
Akan tetapi, pihak pengelola wahana The Geong tidak memenuhi undangan evaluasi yang diadakan koperasi. Saat itu pemilik jembatan kaca tidak hadir secara langsung dan hanya mengirimkan perwakilannya.
"Di situ kami tidak ada titik temu, karena kami hanya menitipkan pesan," kata Eko.