REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi enam persen mempengaruhi minat investor masuk ke pasar modal. Hal tersebut tecermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa hari terakhir.
"Tentunya ada sedikit koreksi, per 23 Oktober indeks mengalami koreksi di level 6.741 atau melemah sebesar 1,6 persen secara year to date," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, Kamis (26/10/2023).
Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga mendapat respons negatif dari pasar. Pasalnya sebagian besar emiten sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam satu pekan terakhir, IHSG telah terpangkas 1,93 persen.
Selain itu, lanjut Inarno, sentimen dari global turut membebani pergerakan indeks. Meningkatnya tensi geopolitik di Eropa dan Timur Tengah tidak dapat dipungkiri juga berdampak terhadap perekonomian Indonesia.
Menyikapi berbagai dinamika yang ada, Inarno meminta para investor untuk memperkuat pemahaman ekonomi global. Pasalnya, situasi yang terjadi di global akan dapat berdampak kinerja perusahaan dan harga saham.
Inarno menegaskan, OJK akan terus memantau kondisi perekonomian dan pasar modal Indonesia. "Jika diperlukan, otoritas akan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Inarno.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Sudandy optimistis kinerja IHSG akan positif sampai akhir tahun. Irvan mengakui gejolak geopolitik hingga kenaikan suku bunga BI cukup mempengaruhi gerak IHSG. Namun ia menilai wajar volatilitas yang terjadi di pasar saham.
"Kami berharap market akan terus positif, biasa lah kalau IHSG naik turun, kalau dilihat sebenarnya belum ada isu baru lagi," kata Irvan.
Sebagai informasi, jumlah investor di pasar modal telah meningkat empat kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi 11,83 juta Single Investor Identification (SID). Sementara, kapitalisasi pasar telah menembus angka Rp 10.670 triliun.