Kamis 26 Oct 2023 23:39 WIB

Anak Muda Diimbau Ubah Gaya Hidup Pemicu Kanker, Apa Itu?

Setiap tahun ada 400 ribu pasien kanker baru di Indonesia.

Red: Qommarria Rostanti
Makanan berlemak tinggi (Ilustrasi). Anak mudaa diimbau mengubah gaya hidup pemicu kanker, salah satunya pola konsumsi yang tidak seimbang.
Makanan berlemak tinggi (Ilustrasi). Anak mudaa diimbau mengubah gaya hidup pemicu kanker, salah satunya pola konsumsi yang tidak seimbang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam sekaligus pengurus Yayasan Kanker Indonesia Provinsi DKI Jakarta Noorwati Sutandyo mengatakan, anak muda harus mengubah gaya hidup pemicu kanker. Selain itu, anak mudah juga perlu rutin melakukan pengecekan mandiri untuk deteksi dini.

"Setiap tahun ada 400 ribu pasien kanker baru di Indonesia dengan angka kematian setengahnya. Jadi jumlah penderita kanker keseluruhan saat ini pasti sangat tinggi," kata Noorwati pada unjuk bincang bekerja sama dengan Mal Ciputra di Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Baca Juga

Noorwati mengatakan, pertambahan angka pasien yang demikian tinggi disebabkan karena gaya hidup kurang sehat yang utamanya diikuti oleh anak muda masa kini. Salah satunya ialah pola konsumsi yang tidak seimbang.

"Makanan sekarang terlalu banyak lemak dan penyedap, tapi minim nutrisi, dan yang seperti itu yang dicari hari ini apalagi sama generasi muda karena lebih enak katanya," ujarnya.

Ia menyarankan agar kebiasaan makan di luar ataupun jajan dilakukan sepekan sekali dan mengubah menu makanan sehari-hari menjadi tinggi nutrisi dan bukan makanan olahan sarat pengawet. Noorwati mengingatkan berbagai olahan daging merah yang diawetkan, seperti sosis, daging kaleng, dan produk turunan lainnya merupakan karsinogenik atau pemicu munculnya kanker.

Selain itu, ia mengimbau pentingnya meluangkan waktu untuk berolahraga mengingat aktivitas pekerjaan saat ini lebih banyak duduk diam di dalam ruangan. Kondisi yang demikian membuat mayoritas anak muda mengalami obesitas karena pola konsumsi yang sarat lemak tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.

"Orang yang mengalami obesitas itu memiliki peluang terkena kanker lebih besar karena daya tahan tubuhnya menjadi menurun," kata Noorwati.

Pada kesempatan yang sama, ia juga mengajak masyarakat untuk tidak takut melakukan pengecekan rutin, baik secara mandiri atau ke fasilitas kesehatan agar dapat melakukan tindakan penanganan sedini mungkin. "Seperti pada kasus kanker payudara, perempuan bisa melakukan periksa payudara sendiri atau sadari untuk merasakan apakah ada benjolan atau tidak di payudara. Jika merasa ada benjolan dapat segera berkonsultasi ke dokter," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement