REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manusia dalam menjalani kehidupan akan mengalami fase kebahagiaan dan fase kesedihan. Seringkali keduanya datang silih berganti dalam kehidupan.
Terkadang secara tiba-tiba muncul perasaan sedih dan gundah, bisa disebabkan karena suatu peristiwa, tapi bisa juga kesedihan dan kegundahan itu datang tanpa alasan yang jelas.
Saat muncul perasaan sedih dan gundah, seorang Muslim bisa membaca doa ini sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad ibn Hanbal.
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِـيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِـيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَللُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي، وَنُوْرَ صَدْرِي، وَجَلاَءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
Allaahumma innii ‘abduk, ibnu ‘abdik, ibnu amatik, naashiyatii biyadik, maadhin fiyya hukmuk, ‘adlun fiyya qodhoo-uk, as-aluka bikullismin huwa lak, sammaita bihi nafsak, au anzaltahu fii kitaabik, au ‘allamtahu ahadan min kholqik, awista-tsarta bihi fii ‘ilmil ghoibi ‘indak, an taj’alal quraana robii’a qolbii, wanuuro shodrii, wa jalaa-a huznii, wa dzahaaba hammii
Artinya, "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, ubun-ubunku (nasib-ku) ada di tangan-Mu, telah lalu hukum-Mu atasku, adil ketetapan-Mu atasku, aku mohon kepada-Mu dengan perantara semua nama milik-Mu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib disisi-Mu. Jadikanlah Alquran sebagai penawar hatiku, cahaya dalam dadaku, penghapus dukaku dan pengusir keluh kesahku."