Jumat 27 Oct 2023 12:56 WIB

BRIN Ungkap Potensi Besar Energi Surya Terapung di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lautan luas bisa menempatkan panel surya.

BRIN mengungkapkan potensi PLTS terapung. (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
BRIN mengungkapkan potensi PLTS terapung. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung atau floating photovoltaic untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

"Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lautan luas sebenarnya bisa menempatkan lokasi itu untuk panel surya," kata Periset Metalurgi BRIN Aga Ridhova dalam acara Kolokium Metalurgi yang dipantau di Jakarta, Jumat (27/10/2023). 

Baca Juga

Di Pulau Sumatra, potensi energi surya mencapai 48 ribu terawatt hours (TWh) per tahun dengan potensi PLTS terapung sebanyak 94,7 persen, Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil punya potensi 11.500 TWh dengan potensi PLTS terapung 53,8 persen, dan Kalimantan memiliki potensi energi surya 29.400 TWh dengan potensi PLTS terapung sebesar 97,3 persen.

Kemudian, Sulawesi ada 50.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 96,9 persen serta Maluku dan Papua yang memiliki potensi energi surya sebanyak 51.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 99,7 persen.

"Potensi sel surya di Indonesia sangat besar tidak hanya bisa digunakan di daratan, tetapi juga floating photovoltaic yang lokasinya sangat strategis. Sekarang yang baru digunakan baru ada satu lokasi, yaitu Waduk Cirata di Jawa Barat," ujar Aga.

Permintaan energi di Indonesia saat ini sekitar 300 TWh. Sedangkan, permintaan energi diperkirakan bisa mencapai angka 9.000 TWh pada tahun 2050.

Aga menyampaikan bila Indonesia hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara saja yang sumber dayanya terbatas dan tidak bisa dibuat kembali, maka pemenuhan kebutuhan energi Indonesia di masa depan dapat menghadapi tantangan berat.

"Kita membutuhkan energi baru terbarukan yang bisa terus ada dan dimanfaatkan secara berkepanjangan, salah satunya air, gelombang laut, angin, biomassa, ataupun panas bumi yang bisa mencapai 1.240 TWh. Sementara kalau kita bandingkan dengan potensi floating photovoltaic bisa mencapai ratusan ribu terawatt hours kalau dimanfaatkan secara baik," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement