REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Dengan menganalisis citra optik mendalam dari IAC Stripe 82 Legacy Project, tim astronom internasional secara kebetulan menemukan galaksi baru yang hampir gelap. Galaksi yang baru ditemukan, dijuluki "Nube", memiliki kecerahan permukaan yang sangat rendah dan sebesar Small Magellanic Cloud (SMC). Temuan ini dilaporkan dalam makalah yang diterbitkan 18 Oktober di server pra-cetak arXiv .
Melansir laman Phys, Jumat (27/10/2023), galaksi dengan kecerahan permukaan pusat yang lebih redup dari 26 mag/arcsec 2 umumnya dikenal sebagai "galaksi hampir gelap". Mereka tidak memiliki mitra optik yang jelas dan biasanya tidak ada dalam katalog optik survei lapangan yang luas. Namun, galaksi-galaksi redup ini mungkin menampilkan emisi optik yang sangat redup jika dicitrakan lebih dalam.
Kini, tim astronom yang dipimpin oleh Mireia Montes dari Universitas La Laguna, Spanyol, telah mendeteksi galaksi lain yang bertipe langka ini. Mereka mengidentifikasinya selama inspeksi visual di salah satu bidang survei IAC Stripe 82 Legacy Project—survei area luas untuk astronomi kecerahan permukaan yang redup. Survei ini menyelidiki Stripe 82—garis selebar 2,5 derajat di sepanjang Celestial Equator di the Southern Galactic Cap.
Nube terletak sekitar 350 juta tahun cahaya dan memiliki kecerahan permukaan efektif sekitar 26,75 mag/arcsec 2. Galaksi ini diperkirakan berumur 10 miliar tahun dan kandungan logamnya diukur pada tingkat -1,1.
Mengenai parameter fundamental Nube lainnya, penelitian menemukan bahwa Nube sangat luas, dengan radius setengah massa 22.500 tahun cahaya. Galaksi ini memiliki massa bintang sekitar 390 juta massa matahari dan total massa halo diperkirakan mencapai 26 miliar massa matahari. Hasil ini menunjukkan kepadatan permukaan efektif sekitar 0,9 massa matahari/parsec 2.
Berdasarkan temuan tersebut, penulis makalah menyimpulkan bahwa Nube adalah galaksi paling masif dan terluas dari jenisnya yang terdeteksi sejauh ini. Galaksi tersebut ternyata juga 10 kali lebih redup dan radiusnya tiga kali lebih besar dibandingkan galaksi ultra-diffuse (UDG) pada umumnya dengan massa bintang serupa. Secara umum, UDG adalah galaksi dengan kepadatan sangat rendah dengan ukuran sebanding dengan Bima Sakti, namun hanya memiliki sekitar 1 persen jumlah bintang dibandingkan galaksi asal kita.
Dengan mempertimbangkan sifat ekstrem Nube, para peneliti membahas asal usul dan sifat galaksi ini. Mereka menyelidiki apakah sifat-sifat ini merupakan hasil pembentukan awal galaksi, ataukah disebabkan oleh proses evolusi selanjutnya yang disebabkan oleh lingkungan di mana galaksi tersebut ditemukan.
“Untuk tujuan ini, dan berdasarkan hipotesis bahwa distribusi bintang di Nube mewakili distribusi halo materi gelap, kami menemukan bahwa profil berbentuk soliton (khas materi gelap fuzzy) mereproduksi distribusi bintang yang diamati dengan sangat baik," ujar penulis penelitian tersebut menyimpulkan.