REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Ibrahim dikenal dengan keberaniannya sejak usia remaja. Saat anak-anak lain bermain-main dengan teman-temannya, dia lebih suka merenung tentang alam semesta dan Yang Menguasainya.
Dia baru berusia 16 tahun ketika kebenaran tentang Allah masuk ke hatinya. Sehingga berhala yang ayah dan kaumnya sembah pun dihancurkan olehnya karena Ibrahim yakin bahwa apa yang mereka lakukan salah.
Dalam surah al-Anbiya ayat 60 disebutkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ
Mereka (para penyembah berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka (berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama Ibrahim.”
Allah telah memberikan kepada Ibrahim petunjuk sejak remaja. Dan Allah pula yang mengetahui sifat, karakter, dan kegigihan dia, Ibrahim, dalam menghapuskan penyembahan kepada patung dan berhala guna menegakkan ajaran tauhid.
Kebanyakan para mufasir mengatakan Allah telah memberikan petunjuk kebenaran itu kepada Ibrahim sejak sebelum ia diangkat menjadi Rasul. Sehingga dengan petunjuk itu ia dapat memperhatikan alam ini sehingga ia sampai kepada keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, perjuangannya dalam membasmi kemusyrikan berupa penyembahan patung dan berhala di kalangan kaumnya telah dilakukannya sebelum ia diangkat menjadi rasul.
Menurut sejarah, Nabi Ibrahim berasal dari Ur al-Kaldaniyah (Ur Kaldea) ibu kota Kerajaan Kaldan (Kaldea) di Mesopotamia Selatan. Kerajaan Kaldea itu diperintah oleh seorang raja yang bernama Namruz memerintah tahun 2300 SM, sebelum pemerintahan Hammurabi yang memerintah tahun 2000 SM.
Raja Namruz ini terkenal sebagai seorang raja yang amat kejam dan mengaku dirinya sebagai tuhan. Orang-orang Kaldan di samping menyembah tuhan-tuhan yang berupa patung-patung diperintahkan juga agar menyembah Namruz.
Ketika berdakwah pada kaumnya...