REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa menyalurkan bantuan untuk Palestina secara bertahap.
GM Kesehatan Dompet Dhuafa, dr Yeni Purnamasari mengatakan Dompet Dhuafa telah menyalurkan bantuan tahap pertama pasca serangan Israel, Sabtu (7/10/2023). Saat ini DD bersama mitra relawan di Palestina telah mendata kebutuhan mendesak bagi warga Gaza, Palestina.
Selain kebutuhan dasar, seperti makanan dan air bersih, saat ini kebutuhan mendesak adalah peralatan medis dan obat-obatan.
"Setelah memahami situasi keamanan di Palestina dan negara sekitarnya, kami berencana untuk mengirimkan relawan ke Mesir untuk menyalurkan bantuan ke Palestina," ujar dia dalam siaran langsung youtube DD, Kamis (26/10/2023).
Dalam dua hari ini DD akan membahas pengiriman relawan ke Mesir. Namun mereka tetap harus memperhatikan situasi keamanan terlebih dahulu.
"Kami juga akan terus berkomunikasi dengan mitra kami terkait bantuan yang dibutuhkan terutama di rumah sakit-rumah sakit yang menjadi lokasi pengungsian utama,"ujar dia.
Direktur Komunikasi dan Teknologi Dompet Dhuafa, Prima Hadi Putra, mengatakan bantuan dalam bentuk natura dan sejenisnya memang belum bisa masuk melalui pintu Rafah meski telah dibuka. Hal ini karena banyaknya antrian kendaraan di perbatasan Mesir- Palestina ini.
"Pintu Rafah dalam sehari hanya bisa masuk belasan truk saja sedangkan kebutuhan penduduk Gaza lebih dari 300 truk, antrian pun begitu panjang sehingga bantuan belum dapat masuk," ujar dia.
Sehingga bantuan saat ini yang diberikan kepada Gaza baru berupa uang tunai. Seorang relawan dompet dhuafa di Gaza, Palestina dr Mohammed J Shabat mengatakan saat ini bantuan DD diserahkan seluruhnya kepada RS Gaza setempat.
Karena pihak RS yang memahami kebutuhan di tiap masing-masing tempat. Tiga RS utama di Gaza Utara misalnya yakni, RS Indonesia, RS Kamal Adwan dan RS Al Awda, menjadi tempat pengungsian utama.
"Bahan bakar untuk menyalakan listrik difokuskan ke tiga RS tersebut karena menjadi tempat pengungsian,"ujar dia.
Demikian juga akibat listrik yang padam, instalasi pompa air dan filtrasi semua padam kecuali di RS. Sehingga air bersih yang dibutuhkan warga hanya dapat diambil dari tiga RS tersebut.
"Dahulu setiap enam jam listrik menyala, enam jam padam, sejak agresi terakhir, seluruh listrik padam dan kami hanya mengandalkan bahan bakar yang tersedia, diperkirakan hanya dapat bertahan tujuh hingga 10 hari kedepan,"ujar dia.
Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini
Saat ini seluruh pom bensin yang ada saat ini dikuasai oleh pemerintah. Sehingga kebutuhan bahan bakar yang ingin digunakan harus berkordinasi dengan pemerintah.
Ketika Israel meminta warga mengungsi ke Gaza Selatan, dan berjanji tidak menyerang. Nyatanya dalam waktu dua jam mereka menyerang warga di Gaza Selatan.
RS di Gaza Selatan pun kelimpungan dalam menangani korban serangan. Mereka juga membutuhkan bantuan medis yang sama seperti di Gaza Utara.