REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) saat ini sudah menaikkan suku bunga acuannya menjadi enam persen. Dengan kebijakan tersebut, Bank KB Bukopin Syariah memastikan hal tersebut tidak memengaruhi likuiditas yang ada saat ini.
"Kita masih memonitor dengan kenaikan suku bunga kemarin itu, dampak likuiditasnya seperti apa dan sebenarnya dari sisi KB Bukopin Syariah tidak ada isu," kata Direktur Utama KB Bukopin Syariah, Koko Tjatur Rachmadi, saat ditemui di JCC, Jumat (27/10/2023).
Koko memastikan, saat ini likuiditas KB Bukopin Syariah masih aman dan baik. Meskipun begitu, Koko mengakui dengan adanya kenaikan suku bunga maka berpotensi membuat market makin ketat apalagi menuju akhir tahun.
Meskipun begitu, Koko menyebut dalam RUPSLB pada 22 September 2023 terdapat penambahan modal dari Bank KB Bukopin. Untuk itu, Koko menuturkan, dari sisi permodalan Bank KB Bukopin Syariah cukup kuat.
"Bank Bukopin baru menambah modal di kami sekitar Rp 680 miliar. Jadi, tidak ada isu dari sisi likuiditas," ujar Koko.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ekonomi global masih mengalami perlambatan. Selain itu, kondisi geopolitik juga memanas. Mengatasi hal tersebut, BI pada hari ini (19/10/2023) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 19 Oktober 2023, memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi enam persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Oktober, Kamis (24/8/2023).
Perry menambahkan, suku bunga deposit facility juga naik 25 bps menjadi 5,25 persen. Lalu, juga suku bunga lending facility juga masih tetap sebesar 6,75 persen.
"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari meningkatnya ketidakpastian global sehingga inflasi tetap terkendali," ujar Perry.