Jumat 27 Oct 2023 16:08 WIB

Kemarau Panjang, Produksi Beras di Bantul Turun Signifikan

Sejak awal tahun para petani telah diminta agar beralih ke tanaman palawija.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Petani memanen kacang tanah di Pundong, Bantul, Yogyakarta, Selasa (24/10/2023). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul memprediksi produksi hasil tanaman palawija terutama kacang tanah akan naik pada akhir 2023. Kemarau yang disertai El Nino menyebabkan petani beralih dari menanam padi ke tanaman palawija. Luas tanam kacang tanah melebihi 2 ribu hektare atau naik 300 persen lebih dibanding tahun lalu. Sementara luas panen kacang tanah diprediksi mencapai 2,7 juta hektare pada tahun ini, dan luas panen tahun lalu hanya 1,2 juta hektare.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani memanen kacang tanah di Pundong, Bantul, Yogyakarta, Selasa (24/10/2023). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul memprediksi produksi hasil tanaman palawija terutama kacang tanah akan naik pada akhir 2023. Kemarau yang disertai El Nino menyebabkan petani beralih dari menanam padi ke tanaman palawija. Luas tanam kacang tanah melebihi 2 ribu hektare atau naik 300 persen lebih dibanding tahun lalu. Sementara luas panen kacang tanah diprediksi mencapai 2,7 juta hektare pada tahun ini, dan luas panen tahun lalu hanya 1,2 juta hektare.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Produksi tanaman pangan di Kabupaten Bantul terdampak negatif akibat fenomena El Nino. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Bantul menyebutkan, salah satu yang terdampak signifikan adalah produksi beras.

Kepala DPKP Bantul Joko Waluyo menjelaskan, produksi padi petani di Bantul menurun secara signifikan akibat lahan pertanian seluas 1.500 hektare tidak lagi ditanami padi selama musim kemarau panjang.

Baca Juga

Minimnya air selama fenomena El Nino ini menyebabkan petani harus beralih menanam tanaman palawija yang tidak memerlukan banyak air.

"Selama musim kemarau para petani tidak menanam padi yang memerlukan banyak air. Mereka beralih ke tanaman palawija, seperti bawang merah, jagung ataupun kacang tanah," ujar Joko Waluyo, Jumat (27/10/2023).

Ini menyebabkan produksi beras pada 2023 terdampak sangat signifikan. Ini dapat terlihat dari surplus gabah kering giling (GKG) yang menurun dibandingkan pada tahun 2022.

"Tahun 2022 Bantul surplus 100 ribu ton gabah kering giling. Sedangkan di Tahun 2023 menurun menjadi 85 ribu ton gabah kering giling," katanya. 

Menurut Joko, hal ini memang tidak bisa dimungkiri. Untuk mengantisipasi dampak negatif fenomena El Nino, sejak awal tahun pihaknya telah menerjunkan ke para petani agar beralih ke tanaman palawija. 

Antisipasi tersebut telah mampu meminimalisir kerugian petani dengan adanya peningkatan panen terhadap tanaman palawija. Bahkan di wilayah Selatan Kabupaten Bantul, lahan pasir dimanfaatkan para petani untuk menanam tanaman holtikultura khususnya bawang merah dan cabai.

Kendati begitu, DKPP memastikan produksi beras akan kembali meningkat pada tahun 2024, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait turunnya hujan pada Desember mendatang. 

Sementara itu, pihaknya juga berupaya agar dapat membantu permasalahan irigasi pertanian yang menurun akibat musim kemarau panjang. Salah satu upaya yang dilakukan, yakni menyalurkan pompa air ke para petani dari sumber air yang berasal dari sumur dangkal. 

"Oleh karena itu kami berharap agar masyarakat dapat lebih efisien dan menanam tanaman pangan yang tidak membutuhkan banyak air selama El Nino melanda," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement