REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasukan darat Israel melakukan serangan besar-besaran ke Gaza terhadap sasaran Hamas tadi malam. Hal ini dilakukan Israel seiring meningkatnya kemarahan di dunia Arab atas pengeboman tanpa henti Israel terhadap wilayah Palestina yang terkepung.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel masih mempersiapkan invasi darat penuh. Sementara Amerika Serikat dan negara-negara lain mendesak Israel menunda tindakan tersebut karena khawatir hal itu dapat memicu permusuhan di front Timur Tengah lainnya.
Dilansir di Al Arabiya, Jumat (27/10/2023), Badan PBB yang memberikan bantuan kepada warga sipil Palestina di Gaza mengatakan mereka mungkin harus segera menghentikan operasi jika tidak ada bahan bakar yang mencapai wilayah yang dikuasai Hamas. Hal ini terjadi di tengah kebutuhan yang sangat besar akan tempat tinggal, air, makanan dan layanan medis.
Israel selama hampir tiga pekan telah membombardir Jalur Gaza yang padat penduduknya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap komunitas Israel. Israel mengatakan Hamas membunuh sekitar 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Kamis sebanyak 7.028 warga Palestina telah tewas dalam serangan udara balasan, termasuk 2.913 anak-anak.
Pada Rabu, Presiden AS Joe Biden meragukan jumlah korban di Palestina, yang menurut juru bicara militer Israel tidak dapat dipercaya. Militer belum memberikan penilaian apa pun terhadap mereka. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra menolak pernyataan yang mempertanyakan angka tersebut.
Kementerian pada Kamis menerbitkan...