REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengingatkan warga Persyarikatan tidak terlalu bersikap fanatik dalam menyambut Pemilu 2024. Dia mengatakan, fanatisme merusak persatuan, silaturahim, kualitas moral, nalar sehat, dan keadaban publik.
"Dalam konteks kita menjaga kerukunan dan persatuan, kita harus sekali lagi menyikapinya dengan biasa-biasa saja. Tidak perlu terlalu fanatik dan tidak perlu terlalu over dalam menyikapi perbedaan," kata dia, dikutip dari kanal Youtube tvMu Channel, Jumat (27/10/2023).
Mu'ti menjelaskan perbedaan pilihan di dalam alam demokrasi adalah sebuah keniscayaan. Karena itu, perlu bersikap arif dan dewasa dalam menyikapi perbedaan. Perbedaan pilihan politik di antara pribadi setiap orang harus difungsikan untuk meramaikan pesta demokrasi dengan penuh kegembiraan, saling tenggang rasa dan bertanggung jawab.
Dia juga menekankan warga Muhammadiyah untuk menghindari fanatisme dan menjadi pemilih yang kritis dan cerdas. Di antaranya dengan menelaah secara seksama program-program yang ditawarkan para calon presiden dan wakil presiden.
"Kemudian menentukan pilihan memilih calon presiden dan wakil presiden tertentu bukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat primordial-emosional tapi pertimbangan yang bersifat rasional, objektif, dan dengan penalaran dan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Mu'ti juga mengingatkan jangan sampai karena beda pilihan politik lalu jatuh ke dalam jurang perpecahan. Banyak permasalahan yang sudah terlihat jelas di depan mata. Masalah itu bisa diatasi jika tetap menjaga persatuan, kerukunan dan persaudaraan.
"Jangan karena beda pilihan lalu bermusuhan. Kalau bermusuhan maka kita sendiri yang akan menanggung kerugian. Kalau kita sakit kan yang menolong tetangga kita, keluarga kita. Kalau ada masalah, yang kita mintai untuk membantu adalah keluarga kita, sahabat kita dan mereka yang bertetangga dengan kita, serta mereka yang sejawat dengan kita," tuturnya.
Mu'ti juga menyampaikan, pesta politik hanya momen sementara. Jangan sampai persaudaraan umat yang berguna bagi jangka panjang kemudian pecah hanya gara-gara peristiwa singkat ini. Jangan sampai karena perbedaan pilihan lalu kehilangan kerabat, sahabat, atau kehilangan tetangga.
"Perbedaan pilihan itu adalah keniscayaan dan tidak mungkin bisa kita hindari sehingga kita harus bersikap dewasa dalam menyikapi perbedaan pilihan dan memilih sesuai dengan analisis yang kritis," jelasnya.
Dia juga mengajak agar memilih sesuai dengan kajian atas program-program yang ditawarkan. "Jangan memilih karena iming-iming uang, iming-iming hal-hal yang bersifat material. Apalagi iming-iming hal-hal yang sifatnya sangat yang bertentangan dengan moralitas dan budaya yang luhur," ujarnya.