Jumat 27 Oct 2023 23:37 WIB

Pemuda Muhammadiyah: Dinamika Sosial Politik Indonesia tidak Lepas dari Kaum Muda

Pemuda Muhammadiyah sebut dinamika sosial politik Indonesia tak lepas dari kaum muda

Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum (ketum) PP Pemuda Muhammadiyah Dzul Fikar Ahmad (ilustrasi)
Foto: Tim Media Kemenhan
Ketua Umum (ketum) PP Pemuda Muhammadiyah Dzul Fikar Ahmad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dzul Fikar Ahmad Tawalla, mengatakan dinamika sosial politik Indonesia tidak lepas dari kaum muda. Sejarah mencatat bagaimana peran pemuda selalu tampil dalam kancah perpolitikan Indonesia.

"Pergerakan kaum muda memang tidak terhindarkan, pemuda selalu menjadi motor penggerak dalam perubahan sosial politik di Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10/2023).

Baca Juga

Ia melanjutkan, jika ditarik ke belakang, hadirnya sumpah Pemuda merupakan diinisiasi dan digerakkan oleh para pemuda terpelajar. Gagasan penyelenggaraan kongres 27 dan 28 Oktober 1928 diinisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres tersebut bertujuan menggalang kesatuan dan persatuan kebangsaan, yang diakhiri oleh sumpah pemuda berisikan penegasan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.

Kemudian, menjelang kemerdekaan Indonesia lanjut Dzul Fikar, kaum muda dan kaum muda berselisih pandangan. Kala itu, kaum muda menghendaki percepatan proklamasi kemerdekaan saat kekalahan Jepang atas sekutu. Kaum muda terwakili oleh Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh, sedangkan Soeharno dan Mohamad Hatta sebagai representatif kaum tua.

Kaum muda kemudian membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenklok, sebagai bentuk lobi untuk mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa penting ini, satu diantara temuan Ben Anderson dalam bukunya Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Kondisi sosial politik, telah mampu memengaruhi kesadaran politik kaum muda. 

Soekarno dan Hatta, sejak muda telah mengobarkan api semangat penentangan terhadap penjajahan. Hal ini dapat kita lihat dari buku karya Soekarno dibawah judul ‘Mencapai Indonesia Merdeka (1933).  Begitu juga dengan Hatta saat membawahi Perhimpunan Indonesia, melakukan pergerakan nasional dari negeri Belanda melalui majalah Indonesia Merdeka (1924). 

"Dari sekelumit cerita di atas menegaskan bahwa pemuda kerap bertalian erat dengan politik. Pemuda lanjutnya senantiasa melakukan pergerakan nasional untuk kebaikan bangsa dan negara. Sepanjang dinamika politik nasional, tidak lepas dari kehadiran sosok muda," ujarnya Dzul Fikar.

Tidak hanya itu, menurutnya pemuda senantiasa turut serta melakukan perubahan-perubahan. Melalui anak muda, segala bentuk macam gagasan dan ide tersuarakan dengan lantang dan ambisi untuk mewujudkannya. Ketiga, anak muda selalu melihat momentum yang ada untuk masa depan. Anak muda juga telah mampu melakukan akselerasi pergerakan untuk bangsa dan negara.

Dzul Fikar juga menyinggung diusungnya Gibran menjadi cawapres oleh Capres Prabowo Subianto telah menyedot perhatian publik. Menurutnya sejarah demokrasi Indonesia mencatat, tampilnya kaum muda menjadi calon wakil presiden usia di bawah 40 tahun. 

"Kehadiran Gibran sebagai cawapres merubah stigma kalau kaum muda belum layak memimpin, kini publik melihat bahwa kaum muda dan politik menjadi lekat," ucap Dzul Fikar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement