REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel mengintensifkan kampanye pengeboman di Jalur Gaza yang terkepung pada Jumat (27/10/2023) malam. Serangan udara tersebut memutus komunikasi telepon dan internet di wilayah Palestina yang diperangi.
Middle East Eye kehilangan semua kontak dengan stafnya di dalam daerah kantong tersebut ketika ledakan dari serangan udara Israel menyinari langit Kota Gaza.
Penyedia layanan telepon Palestina, Paltel, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemboman tanpa henti telah menghancurkan “semua koneksi yang tersisa antara Gaza dan dunia luar”, yang menyebabkan gangguan total pada layanan komunikasi.
Pemadaman layanan ini terjadi ketika warga Palestina bersiap menghadapi invasi darat Israel ke Gaza. Pada hari Rabu (25/10/2023), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pemerintahannya sedang mempersiapkan “invasi darat”.
Namun tidak jelas pada hari Jumat apakah intensifikasi operasi militer merupakan awal dari serangan yang lebih luas di Gaza.
Teputusnya layanan telekomunikasi di Gaza juga disampaikan oleh Perdana Menteri Skotlandia Humza Yousaf di akun Instragam pribadinya. "Gaza terus menerus dibombardir. Saluran telekomunikasi telah terputus. Kami tidak dapat menghubungi keluarga kami yang telah terjebak di zona perang ini selama hampir tiga minggu," tulis Humza Yousaf yang diposting di IG Story, Sabtu (28/10/2023) dini hari.
Militer Israel mengatakan kepada Reuters dan AFP pada hari Jumat bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis mereka yang saat ini bekerja di Jalur Gaza yang terkepung. Dalam surat yang ditulis kepada dua kantor berita internasional tersebut, militer mengatakan pihaknya "menargetkan semua aktivitas militer Hamas di seluruh Gaza" dan bahwa pemboman yang dilakukan dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan di sekitarnya.
“Dalam keadaan seperti ini, kami tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda, dan sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka,” katanya.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada ABC News bahwa perluasan operasi darat bukanlah invasi darat resmi, sementara seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya juga mengatakan kepada ABC News bahwa Israel melancarkan “serangan yang lebih terbatas”.
Penasihat Presiden Israel Netanyahu, Mark Regev, berbicara kepada beberapa media AS pada hari Jumat, mengatakan "Hamas akan merasakan kemarahan kami malam ini". “Mereka akan terus menerima serangan militer kami sampai kami membongkar mesin militer mereka dan membubarkan struktur politik mereka di Gaza. Ketika ini selesai, Gaza akan menjadi sangat berbeda,” kata Regev di Fox News.