REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki telah menyebarkan selebaran ancaman di mobil dan meninggalkan boneka berlumuran darah di sekolah-sekolah. Selabaran dan boneka berlumur darah ini untuk memperingatkan warga Palestina agar pergi meninggalkan wilayah Tepi Barat atau mereka akan dibunuh.
"Demi Tuhan, kami akan segera menimpa kepala Anda dengan bencana besar. Anda memiliki kesempatan terakhir untuk melarikan diri ke Yordania dengan cara yang terorganisir," kata salah satu selebaran yang diedarkan pada hari Jumat (27/10/2023) di kota Salfit, Tepi Barat.
“Setelah itu, kami akan menghancurkan setiap musuh dan dengan paksa mengusir Anda dari tanah suci kami… Segera muat tas Anda dan pergi dari mana pun Anda berasal. Kami akan datang.”
Selebaran itu juga memperingatkan tentang "Nakba besar" yang baru, merujuk pada pengungsian 750.000 warga Palestina dari tanah air mereka pada tahun 1948.
Di wilayah pendudukan Al-Ma'rajat dekat Jericho, boneka-boneka yang dilapisi cat merah, yang terlihat seperti darah, ditinggalkan di pintu masuk sebuah bangunan sekolah setelah pemukim Israel merusaknya.
Sebelum serangan mendadak Hamas pada tanggal 7 Oktober, para pemukim mengganggu dan menyerang warga Palestina setiap hari di bawah perlindungan tentara Israel, tindakan yang semakin meningkat dalam 20 hari terakhir.
Di kota Deir Istiya, sebelah barat Salfit, para petani zaitun sudah terbiasa dengan serangan tahunan selama musim panen. Namun tahun ini, jurnalis lokal Abdel Qader Aql mengatakan kepada Middle East Eye bahwa para pemukim jauh lebih aktif dan tampaknya merencanakan serangan mereka sebagai balas dendam atas serangan Hamas.
“Minggu ini saja, terjadi lebih dari 10 serangan terhadap petani, ancaman, teriakan, intimidasi, dan pengusiran terhadap petani dari lahannya,” ujarnya.
Seorang petani terluka setelah pemukim memukul kepalanya dengan tongkat. “Dia pingsan, dan ketika dia bangun, dia menemukan penjaga pemukiman menodongkan pisau ke arahnya,” kata Aql.
Para pemetik zaitun di kota yang sama terkejut ketika menemukan selebaran yang ditempel di jendela mobil mereka yang bertuliskan: “Anda menginginkan perang, tunggu sampai ada pengungsian.”
“Mereka juga menerbitkan foto-foto keluarga yang sedang memetik buah zaitun dan menghasut mereka tanpa alasan. Karena ancaman ini, masyarakat mulai berdatangan ke lahan pertanian mereka secara berkelompok untuk melindungi diri mereka sendiri,” kata Aql.
Di daerah Al-Ma'rajat, di mana para pemukim menyerang Sekolah Arab Al-Kaabna dan meninggalkan boneka-boneka yang berlumuran darah.
Hassan Malihat dari Organisasi Al-Baidar untuk Membela Hak-Hak Badui mengatakan bahwa kelompok pemukim telah berulang kali menyerang masyarakat dengan tujuan menggusur penduduknya dan merampas tanah mereka. Pada Kamis malam, Malihat mengatakan kepada MEE, pemukim melemparkan batu ke rumah penduduk di komunitas tempat 1.200 warga Palestina tinggal, dan menyita ternak mereka.
“Serangan terhadap orang-orang Arab Kaabna berulang kali terjadi, dan mereka mengajukan pengaduan ke polisi Israel tetapi tidak membuahkan hasil,” katanya.