Ahad 29 Oct 2023 06:49 WIB

Elon Musk Janji Bantu Konektivitas di Gaza

Layanan komunikasi dan internet di Gaza terputus sejak Jumat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Indira Rezkisari
Aksi menolak serangan militer ke Palestina terjadi di seluruh dunia. Termasuk di Berlin, Jerman, Jumat (27/10/2023). Kondisi di Gaza terus memburuk setelah jaringan komunikasi dan internet diputus.
Foto: EPA-EFE/ANTHONY ANEX
Aksi menolak serangan militer ke Palestina terjadi di seluruh dunia. Termasuk di Berlin, Jerman, Jumat (27/10/2023). Kondisi di Gaza terus memburuk setelah jaringan komunikasi dan internet diputus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik SpaceX, Elon Musk, mengatakan, teknologi internet satelit Starlink akan mendukung organisasi bantuan kemanusiaan di Gaza. Dukungan Starlink ini berlangsung setelah layanan komunikasi dan internet di Jalur Gaza terputus total pada Jumat (27/10/2023) malam di tengah pemboman besar-besaran Israel terhadap jalur feeder, menara, dan jaringan telekomunikasi.

Warganet dari seluruh dunia, termasuk politikus Amerika Alexandria Ocasio-Cortez, meminta Musk untuk memasok Gaza dengan akses Starlink. Menanggapi seruan tersebut, Musk memastikan akan mendukung layanan internet di Jalur Gaza.

Baca Juga

“Starlink akan mendukung konektivitas ke organisasi bantuan yang diakui secara internasional di Gaza," ujar Musk, dalam platform media sosial X.

Pertempuran berkobar di Gaza ketika pasukan Israel memperluas operasi darat dan memutus konektivitas warga Gaza dari dunia luar. Pemadaman komunikasi terkini membuat akses terhadap tanggap darurat hampir tidak mungkin dilakukan.

Beberapa organisasi internasional, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan mereka tidak dapat berkomunikasi dengan staf mereka. Sementara Human Rights Watch memperingatkan kemungkinan terjadinya kekejaman massal.

Menanggapi pemadaman listrik, banyak pengguna media sosial menyerukan kepada Elon Musk untuk memberikan akses kepada warga Gaza ke konstelasi internet satelit Starlink.  Tagar #starlinkforgaza digunakan di lebih dari 3,74 juta unggahan di platform media sosial pada Sabtu (28/10/2023) pagi.

Sebelumnya Musk secara pribadi mengirimkan terminal dalam jumlah besar ke Ukraina, yang akan memungkinkan akses ke sistem internet berbasis satelit.  Layanan ini diandalkan oleh pengguna militer dan sipil setelah Rusia memutus sistem komunikasi Ukraina sesaat sebelum invasi pada Februari 2022.

Pada 17 Oktober, Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi mengatakan negaranya sedang melakukan pembicaraan dengan SpaceX untuk memperkuat kemampuan internet dan komunikasinya dengan sistem Starlink di tengah konflik. “Kementerian mempromosikan pembelian perangkat satelit ini untuk kepentingan walikota dan kepala pemukiman di pemukiman garis konflik,” kata Karhi dalam pernyataan media sosial.

Starlink saat ini tidak tersedia di Israel atau wilayah Palestina. Pada peta interaktif di situs Starlink, ketersediaan di Israel dan Gaza menunjukkan dimulai pada 2024, sementara wilayah Yerusalem dan Tepi Barat menunjukkan tanggal layanan tidak diketahui saat ini.

Tidak diketahui apakah SpaceX sedang melakukan pembicaraan dengan Israel untuk mengaktifkan layanan semacam itu. Tetapi secara historis, perusahaan tersebut diketahui tidak terlibat dalam tindakan perang dan eskalasi. Pada September, Musk menolak permintaan Ukraina untuk mengaktifkan jaringan satelit Starlink miliknya di kota pelabuhan Sevastopol di Krimea pada 2022 untuk membantu serangan terhadap armada Rusia di sana.

“Tujuannya jelas adalah untuk menenggelamkan sebagian besar armada Rusia yang sedang berlabuh. Jika saya menyetujui permintaan mereka, maka SpaceX akan secara eksplisit terlibat dalam tindakan besar perang dan eskalasi konflik," ujar Musk.

Dari sudut pandang logistik, bahkan jika SpaceX menyetujui akses ke Starlink, tidak diketahui bagaimana terminal tersebut dapat diangkut ke Gaza karena perbatasan ditutup kecuali untuk pengiriman bantuan yang jarang terjadi melalui penyeberangan Rafah di Mesir. Perusahaan kendaraan listrik milik Musk, Tesla, membebaskan 22 superchargernya di Israel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement