REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggandeng Kemendikbudristek menggelar Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional (PKN). Salah satu rangkaian acaranya menghadirkan diskusi bedah buku ‘Surat Jibril’ karya sastrawan perempuan Maftuhah Jakfar.
‘’Saya berterima kasih karena Bu Maftuhah, selaku penulis sudah mau menyempatkan waktunya untuk berbagi. Dan alhamdulillah sudah ada pula Kiai Faizi yang hadir langsung dari Sumenep dan ada juga Uni Sastri dari Padang yang berbicara mengenai sastra lisan. Terima kasih panitia yang sudah berkolaborasi,’’ kata Ketua Prodi PBSI UIN Jakarta, Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum., dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Abah, sapaan akrab Ahmad Bahtiar, mengatakan acara Ruang Tamu PKN begitu spesial karena lekat dengan nuansa sastra pesantren. Salah satu narasumber, Kiai M. Faizi, didatangkan langsung dari domisilinya, yakni Sumenep Madura.
Kiai M. Faizi merupakan penyair sekaligus pengasuh di Ponpes Annuqoyah Sumenep. Ada juga Dr. Sastri Sunarti, M.Hum selaku Kapus Manuskrip Literatur dan Tradisi Lisan BRIN, yang hadir sebagai narasumber.
Acara dimulai dengan pembacaan maulid dari santri Ayatirrahman yang juga dilantunkan bersama dengan peserta lain dengan khidmat. Para narasumber pun disambut para santri Ayatirrahman yang melantunkan shalawat Tholaal Badru Alaina dengan diiringi hadrah.
Ahmad menyebut Ruang Tamu PKN tidak hanya menyoroti pentingnya merawat budaya secara general. Tetapi, kehadirannya diharapkan turut melakukan kebangkitan dalam semangat literasi yang berbalut Islam.
Bedah Buku
Acara bedah buku ‘Surat Jibril’ karya Maftuhah Jakfar menjadi salah satu rangkaian acara Ruang Tamu PKN. Acara yang dilaksanakan pada Selasa (24/10/23) di Teater Prof. Mahmud Yunus FITK ini menjadi pengingat akan pentingnya membedah sastra yang bernuansa keislaman dalam lingkup PTKIN.
Sastri menyebut hampir seluruh isi dari buku Surat Jibril berbicara mengenai hubungan hamba dengan Sang Khalik. Diksi-diksi yang digunakan oleh penulis seperti dialog antara hamba dengan Sang Khalik.
Sastri yang juga pernah berkunjung ke Ponpes Annuqoyah itu juga mengutarakan kekagumannya terhadap kehidupan ponpes tersebut. ‘’Para santri di Annuqoyah luar biasa, masif sekali, kehidupan dunia pesantren sangat beda, sangat inklusif dan terbuka. Tidak ada gerbang yang menyekat mana kawasan pesantren mana yang bukan," kata Sastri.
Sementara, Kiai Faizi menuturkan bahwa iklim sastra yang tumbuh di Ponpes Annuqoyah bisa membuat Maftuhah Jakfar menuliskan buku puisi. Dia juga menyampaikan bahwa muatan rangkaian diksi pada Surat Jibril meromantisasi ruang spasial.
"Surat Jibril sebagai metafor, sebagai kalimat yang di mana wahyu, imajinasi, intuisi yang ada dalam alam pikir santri. Di dalamnya terdapat ratapan spiritual dan meromantisasi ruang spasial, tentang masa lalunya. Ada puisi cintanya juga untuk suaminya Jamal D. Rahman,’’ kata Kiai Faizi.
Kedua pemateri menggambarkan bagaimana penulis bukan sekadar menciptakan buku puisi yang di dalamnya berisi intuisi penyair. Tetapi, ada juga proses membaca sebelum menuliskannya.