REPUBLIKA.CO.ID, BURSA -- Desa Misi merupakan salah satu pemukiman tertua di Bursa memiliki potensi yang kaya akan nilai wisata alam, sejarah dan budaya. Republika pada pertengahan Oktober lalu berkesempatan langsung mengunjungi salah satu desa Ottoman paling terkenal di Bursa tersebut.
Berdasarkan sejarahnya, Desa Misi telah terkenal sejak abad ke-19 karena perekonomian warganya yang berkebun dan memproduksi anggur. Sebagian besar bangunan di desa ini didominasi dengan arsitektur dari abad ke-17, ke-18, dan ke-19. Desa yang dulunya dihuni oleh umat Kristen ini dinyatakan sebagai kawasan perkotaan yang dilindungi pada tahun 1989. Hal ini lantaran Desa Misi mencerminkan arsitektur Ottoman dengan rumah-rumah yang terlindungi dengan baik saat ini.
"Misi terkenal dengan daun anggur dan anggurnya. Molase dan wine yang dibuat dari buah anggur ini juga memiliki rasa dan aroma yang unik," ujar pemandu wisata dari ementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Turki bersama Badan Promosi dan Pengembangan Pariwisata Turki (TGA) Ufuk Turan.
Tak hanya kebun dan pabrik anggur, di desa Misi juga terdapat Museum Fotografi Misia yang merupakan museum kontemporer yang memamerkan berbagai jepretan sejarah, alam dan budaya di Bursa. Selain itu juga ada Museum Sastra Nilüfer yang memamerkan barang-barang dan karya-karya yang dulunya milik penulis dan penyair sastra Turki terkemuka.
"Terdapat 850 manuskrip yang menjadi koleksi museum, beberapa di antaranya dipamerkan secara virtual," ungkap Ufuk.
Saat beristirahat di desa Misi, Republika juga sempat menyantap sajian di restoran Nermin Ablanin Evi yang spesialis menyajikan sajian berbahan tepung. Berbagai macam makanan mulai dari sigara boregi yang merupakan keju yang dibalut dengan tepung goreng, kemudian ada lavash atau yang sering dikenal sebagai kulit kebab di Indonesia. Kemudian ada juga cig borek yang sama seperti pastel dan makanan khas Turki pestimet yang merupakan roti khasi goreng Turki.
Tak hanya makanannya yang khas dan unik, restoran yang juga menyediakan penginapan tersebut menyajikan tampilan hunian yang sangat antik. Pemilik restoran Nazife Kucukaslan mengatakan, semua produk dan dekorasi di restoran dan penginapannya adalah barang antik, bahkan sebagian furnitur yang dipakai dibuat langsung oleh sang ayah.
"Kami menyambut semua orang yang menginginkan suasana yang nyaman dan damai di tempat kami," ungkapnya.
Ia mengatakan, dengan datang ke rumah Nermin Abla maka akan merasakan keistimewaan berada di sebuah rumah bersejarah berusia lebih dari 100 tahun. Ia mengaku telah bercita-cita menjadikan rumah tinggalnya tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi setiap orang yang berkunjung.
Andari salah satu wisatawan asal Indonesia mengaku sangat cocok dengan makanan yang disajikan oleh restoran yang berada di Misi tersebut. Menurutnya, sajian tepung di restoran yang dibuka sejak tahun 2021 itu sangat cocok di lidah masyarakat Indonesia.
Hal senada disampaikan wisatawan lainnya, Yati. Menurut perempuan dari Jakarta tersebut, suasana pedesaan sangat terasa di desa Misi. "Bila ingin melepas penat dan merasakan kembali keheningan pedesaan jangan lupa untuk menyempatkan ke sini (desa Misi)," kata dia.