Senin 30 Oct 2023 07:55 WIB

Pejuang Hamas dan Tentara Israel Terlibat Pertempuran Sengit di Daratan Gaza

Tentara Israel menyerang di barat laut Gaza

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Hamas mengatakan pada Ahad (29/10/2023), bahwa para pejuangnya terlibat dalam pertempuran sengit dengan militer Israel di Gaza.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Hamas mengatakan pada Ahad (29/10/2023), bahwa para pejuangnya terlibat dalam pertempuran sengit dengan militer Israel di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas mengatakan pada Ahad (29/10/2023), bahwa para pejuangnya terlibat dalam pertempuran sengit dengan militer Israel di Gaza. Israel telah meningkatkan operasi darat tidak mempedulikan seruan banyak negara, termasuk sekutunya sendiri, untuk menghentikan kekerasan.

Kepanikan dan ketakutan meningkat di wilayah Palestina, tempat PBB mengatakan lebih dari separuh dari 2,4 juta penduduknya mengungsi dan ribuan bangunan hancur. Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam mengatakan, bahwa para pejuangnya mulai berhadapan dengan tentara Israel

Baca Juga

"Terlibat dalam pertempuran sengit… dengan pasukan pendudukan (Israel) yang menyerang di barat laut Gaza," ujar keterangan Brigade al-Qassam dikutip dari Al Arabiyah.

Tentara Israel mengatakan tahap baru perang dimulai dengan serangan darat sejak Jumat (27/10/2023) malam, yang merupakan peningkatan dari dua operasi singkat pada awal pekan ini. Dalam pidato yang disiarkan televisi larut malam pada Sabtu (28/10/2023), Perdana Menteri Israel Netanyahu mengumumkan perang tahap kedua untuk membasmi Hamas.

Militer Israel mengatakan pada Ahad, mereka telah menyerang ratusan sasaran Hamas dan meningkatkan pasukan daratnya di Gaza. Juru bicara militer Daniel Hagari bersumpah untuk mengejar pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar.

Tentara menyatakan, pasukannya telah menghadapi pejuang Hamas yang muncul dari sebuah terowongan di utara Gaza. Hal ini menyoroti tantangan jaringan bawah tanah Hamas yang luas terhadap operasi darat Israel.

Hagari kembali mendesak warga sipil Palestina untuk pergi ke selatan ke daerah yang lebih aman, tetapi warga tetap waspada karena serangan udara terus berlanjut. Ibrahim Shandoughli dari Jabaliya di Gaza utara mengatakan, dia dan keluarganya tidak pergi ke mana pun. “Kamu ingin kami mengungsi ke mana? Semua area berbahaya” ujarnya.

Operasi darat tersebut telah meningkatkan kekhawatiran bahwa musuh-musuh Israel lainnya, sekutu Iran di Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman kemungkinan  dapat ikut serta dalam konflik tersebut. Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan di X, kejahatan Israel telah melewati garis merah, yang mungkin memaksa semua orang untuk mengambil tindakan.

Sekutu utama Israel, AS, telah memperingatkan musuh-musuh Israel untuk tidak ikut campur dan memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut. Pertempuran meningkat di perbatasan Israel-Lebanon dengan sekutu Hamas yang didukung Iran, Hizbullah, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terbentuknya front baru.

Militan di Lebanon selatan menembakkan roket ke arah Israel, yang dibalas dengan serangan pada Ahad. Serangan ini dalam peningkatan eskalasi baru di sepanjang perbatasan.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat yang diduduki sejak serangan 7 Oktober. Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 110 warga Palestina terbunuh.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, beban ada pada Israel untuk membedakan antara militan dan warga sipil tak berdosa. Namun, sepertinya militer Israel tidak mempedulikan nyawa sipil di Gaza.

Baca juga : Manchester City Hancurkan MU di Old Trafford Lewat Aksi Haaland dan Foden

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 8.000 orang, sebagian besar warga sipil dan setengah dari mereka adalah anak-anak. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, Israel berulang kali melakukan pengeboman di sekitar rumah sakit Al Quds di Gaza tengah yang merupakan zona aman.

Tindakan ini menyebabkan kerusakan dan membahayakan warga sipil. Mohamed al-Talmas yang berlindung di rumah sakit terbesar di Gaza, Shifa mengatakan, tanah berguncang dengan serangan intensif Israel.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA mengatakan,ribuan orang masuk ke beberapa gudang dan pusat distribusi di Gaza, mengambil barang-barang pokok seperti tepung dan perlengkapan kebersihan. “Ini adalah tanda yang mengkhawatirkan bahwa ketertiban sipil mulai rusak,” katanya.

Komunikasi pun terputus di Gaza setelah Israel memutus jalur internet menjelang intensifikasi operasi Israel. Konektivitas secara bertahap kembali normal pada Ahad.

Para pemimpin dunia menggarisbawahi pentingnya meningkatkan bantuan ke wilayah yang dikuasai Hamas. Ada seruan untuk gencatan senjata kemanusiaan, dalam percakapan telepon dengan Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden menggarisbawahi perlunya segera dan secara signifikan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza. Dalam pembicaraan terpisah dengan Presiden Abdel Fattah al-Sisi dari Mesir, menurut Gedung Putih, kedua pemimpin berkomitmen untuk mempercepat dan meningkatkan bantuan secara signifikan.

Baca juga : Kota-Kota Ini Bakal Diguyur Hujan Siang Nanti, Simak Prakiraan Cuaca BMKG

Pejabat tinggi Hamas Musa Abu Marzouk dalam sebuah pernyataan pada Ahad, meminta Mesir untuk mengambil tindakan tegas untuk mempercepat bantuan ke Gaza. “Mesir tidak boleh terus menjadi penonton. Kami mengharapkan sikap tegas Mesir yang mengizinkan bantuan masuk ke Gaza sesegera mungkin,” katanya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, situasi di Gaza semakin menyedihkan dari waktu ke waktu karena jumlah korban meningkat. Sedangkan persediaan makanan, air, obat-obatan, dan tempat berlindung semakin berkurang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement