Senin 30 Oct 2023 10:13 WIB

IHSG Kembali Melemah Mengikuti Anjloknya Bursa Asia

IHSG dibuka turun ke level 6.758,65 dan terus melemah ke posisi 6.734,72.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (30/10/2023). IHSG dibuka turun ke level 6.758,65 dan terus melemah ke posisi 6.734,72. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan pelemahan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia. Nikkei 225 anjlok 1,20 persen, Hang Seng menyusul dengan koreksi 0,68 persen dan Shanghai Composite terpangkas 0,41 persen. 

"Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah menyambut minggu perdagangan yang dipenuhi oleh rilis data ekonomi dari berbagai negara di kawasn Asia," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam ulasannya. 

Di tingkat global, investor mengantisipasi hasil pertemuan kebijakan bank sentral di AS. Rilis data ekonomi AS yang keluar beragam tampaknya tidak mengubah ekspektasi investor mengenai keputusan suku bunga acuan.

Federal Reserve diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25 persen-5,50 persen di akhir pertemuan kebijakan pada 1 November. Ekspektasi Inflasi naik menjadi 4,2 persen, tertinggi dalam lima bulan dari 3,2 persen pada bulan sebelumnya.

"Kenaikan ekspektasi inflasi ini tentunya cukup mengkhawatirkan bagi Federal Reserve karena dapat berubah menjadi lingkaran setan sehngga memperparah tingkat inflasi," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu di tutup beragam (mixed). S&P 500 secara resmi memasuki teritori koreksi karena sudah turun lebih dari 10 persen dari puncak tertingginya yang tercipta pada Juli lalu.

Ketiga indeks saham utama di Wall Street kemungkinan besar akan memperpanjang tren penurunan menjadi tiga bulan beruntun. Hal ini juga sejalan dengan imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun yang tetap stabil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement