Senin 30 Oct 2023 11:16 WIB

5 Pemimpin Negara Barat Terus Dapat Tekanan Atasi Pembantaian di Gaza

Para pemimpin Barat dapat tekanan, mulai dari seruan dan kecaman secara langsung

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Justin Trudeau, Perdana Menteri Rishi Sunak, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, hingga Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden didesak untuk bertindak lebih
Foto: EPA-EFE/MIRIAM ALSTER
Perdana Menteri Justin Trudeau, Perdana Menteri Rishi Sunak, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, hingga Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden didesak untuk bertindak lebih

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Perdana Menteri Justin Trudeau, Perdana Menteri Rishi Sunak, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, hingga Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden didesak untuk bertindak lebih dalam menyelesaikan pembantaian di Gaza. Mereka mendapatkan tekanan, mulai dari seruan dan kecaman secara langsung.

Trudeau menghadapi seruan secara langsung saat mengunjungi sebuah Masjid Organisasi Muslim Internasional (IMO) di Etobicoke, Ontario, pada 20 Oktober 2023. "Kamu sungguh memalukan. Berapa banyak lagi anak-anak Palestina yang perlu dibantai?" terdengar seorang perempuan di antara kerumunan memberi tahu Trudeau di luar masjid.

Baca Juga

“Berapa banyak lagi sebelum Anda menyerukan gencatan senjata?” ujarnya.

Pada satu titik, seorang pria terdengar berteriak "Memalukan". Pria lain terdengar bertanya kepada Trudeau, "Apakah Anda mengutuk Israel?" katanya.

Menurut keterangan yang didapat dari pemerintah Kanada, negara itu mengaku secara aktif mengadvokasi jeda kemanusiaan dan akses cepat, berkelanjutan, dan tanpa hambatan terhadap bantuan kemanusiaan penting bagi warga sipil Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

“Sebagai pemerintah, kami tahu masih banyak yang harus kami lakukan untuk mendukung warga sipil Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Inilah sebabnya kami bekerja sama dengan warga Kanada dalam mendukung mitra kami di lapangan yang memberikan bantuan mendesak dan menyelamatkan nyawa mereka yang paling terkena dampak krisis kemanusiaan ini," ujar Menteri Pembangunan Internasional Kanada Ahmed Hussen.

Sedangkan Sunak mendapatkan tekanan dari ratusan ribu pengunjuk rasa berunjuk rasa di London. Mereka meminta Sunak agar mendesak diadakannya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Pemerintahan Sunak tidak menyerukan gencatan senjata. Inggris hanya menganjurkan jeda untuk kemanusiaan, agar bantuan dapat menjangkau orang-orang di Gaza.

“Negara-negara adidaya yang terlibat saat ini tidak berbuat cukup. Inilah sebabnya kami ada di sini, kami menyerukan gencatan senjata, menyerukan hak-hak Palestina, hak untuk hidup, hak untuk hidup, hak asasi manusia, semua hak kami,” kata pengunjuk rasa Camille Revuelta.

Selain London, kota-kota lain di Eropa, orang-orang turun ke jalan. Demonstrasi terlihat di Paris, Kopenhagen, Roma, dan Stockholm. Beberapa kota di Perancis telah melarang unjuk rasa sejak perang dimulai, karena khawatir hal tersebut dapat memicu ketegangan sosial.

Bahkan ketika pemerintah Macron melarang protes pro-Palestina di Paris, unjuk rasa kecil tetap berlangsung pada 28 Oktober. Beberapa ratus orang juga melakukan unjuk rasa di kota selatan Marseille.

Sisi lain, Kanselir Jerman telah memberikan dukungan kepada Israel dan berjanji untuk melarang semua aktivitas Hamas di negara tersebut dan menargetkan orang-orang yang dicurigai sebagai simpatisan Hamas. Protes pro-Palestina, bendera Palestina, pidato pro-Palestina, dan hiasan kepala keffiyeh Palestina telah dilarang dan sekolah-sekolah di Berlin telah diberi izin resmi untuk melakukannya.

Meskipun ada larangan untuk melakukan protes, ribuan orang turun ke jalan di seluruh Jerman, dari Berlin hingga Frankfurt dan Cologne. Pergerakan ini sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina akhir pekan lalu, dan akan ada lebih banyak protes yang direncanakan.

Selain itu, tekanan terhadap pemerintah Jerman semakin meningkat untuk mengakhiri tindakan keras yang saat ini dilakukan. Seminggu terakhir ini, 100 seniman, penulis, dan ilmuwan Yahudi yang tinggal di Jerman menandatangani surat terbuka yang menyerukan perdamaian dan kebebasan berekspresi.

Sedangkan di AS yang merupakan negara sekutu dekat Israel, Biden pun mendapatkan desakan kuat. Ratusan aktivis Yahudi Amerika liberal melakukan aksi duduk di kantor Partai Demokrat di Capitol Hill untuk menuntut gencatan senjata dalam meningkatnya perang antara Israel dan Hamas.

Menurut laporan The Guardian, banyak tokoh progresif yang marah, menuduh Biden semakin memungkinkan terjadinya kekerasan terhadap warga Palestina. Mereka memperkirakan Biden akan menanggung akibat buruk dalam pemilu tahun depan dengan para pemilih Muslim dan Arab-Amerika yang telah muncul sebagai konstituen Demokrat yang penting dalam pemilu baru-baru ini.

Biden menghadapi perlawanan yang luar biasa dan semakin besar dari sayap kiri partainya, Demokrat. Desakan terutama dari pemilih muda dan pemilih kulit berwarna atas dukungan Biden yang teguh terhadap Israel. Mereka telah melakukan demonstrasi, menulis surat terbuka, dan bahkan mengajukan pengunduran diri sebagai protes atas cara pemerintahan Biden menangani perang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement