Senin 30 Oct 2023 13:05 WIB

Jurnalis Aljazirah Kembali Meliput Usai Keluarganya Gugur dalam Serangan Israel

Istri dan dua anak Wael Al Dahdouh menjadi korban serangan udara Israel di Gaza.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Friska Yolandha
Koresponden Aljazirah Wael Dahdouh, tengah, berduka atas istri, putra, putri, dan cucunya, yang tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuisserat, di luar rumah sakit di Deir al Balah, selatan Jalur Gaza, Kamis, 26 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Ali Mahmoud
Koresponden Aljazirah Wael Dahdouh, tengah, berduka atas istri, putra, putri, dan cucunya, yang tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuisserat, di luar rumah sakit di Deir al Balah, selatan Jalur Gaza, Kamis, 26 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang jurnalis berita dari Aljazirah kembali meliput dari Gaza beberapa hari setelah istri, putra, putrinya, dan kerabat lainnya tewas dalam serangan udara Israel. Menurut dia, sudah kewajibannya menjalankan tugas meskipun dia sedang berduka.

“Saya merasa itu adalah tugas saya, meskipun kesakitan dan luka terbuka untuk kembali ke depan kamera dan berkomunikasi dengan Anda di media sosial sesegera mungkin,” kata Wael Al Dahdouh dalam pesan video, dilansir Business Insider, Senin (30/10/2023).

Baca Juga

Dia berterima kasih kepada masyarakat atas belasungkawa dan doa yang diberikan. Dia merasa terdorong untuk terus bekerja karena kekerasan yang sedang berlangsung.

“Seperti yang Anda lihat, penembakan terjadi di mana-mana. Ada serangan udara dan penembakan artileri, dan hal-hal terus berkembang,” ujarnya. 

Aljazirah juga menerbitkan cuplikan Al Dahdouh yang emosional di rumah sakit pada tanggal 26 Oktober ketika dia menerima kabar bahwa istrinya, putra berusia 15 tahun, putri berusia 7 tahun, dan cucunya telah terbunuh.

Dalam video tersebut, dia mengecam apa yang disebutnya sebagai serangkaian serangan yang ditargetkan terhadap anak-anak, perempuan dan warga sipil.

Jurnalis senior yang telah meliput dari Gaza sejak tahun 2004 ini sebelumnya mengatakan bahwa dia memisahkan keluarganya ke berbagai daerah agar setidaknya ada yang bisa bertahan jika satu daerah terkena serangan.

Pada kesempatan ini, keluarganya berlindung di daerah yang ditetapkan sebagai zona aman oleh Israel. Beberapa anggota keluarganya masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dihantam.

Mahmoud, putra Al Dahdouh yang berusia 15 tahun yang tewas dalam serangan itu. Belum lama ini, putranya merekam sebuah video saat dia berbicara tentang situasi mengerikan di Gaza dan menyerukan dukungan komunitas internasional.

“Bantu kami untuk tetap hidup,” katanya dalam video.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, meminta Qatar untuk membantu memoderasi liputan Aljazirah tentang Israel-Hamas. Negara Teluk Arab mendanai saluran berita 24 jam berbahasa Inggris yang merupakan kantor pusatnya. 

Menyusul serangan pejuang Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang di Israel, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah secara brutal membombardir Gaza dengan serangan udara. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 6.500 tewas. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement